TAMAN, SIDOARJONEWS.id — Para pengungsi eks Syiah Sampang yang kini tinggal di Rusunawa Jemundo, Sidoarjo, sangat merindukan kampung halamannya di Sampang, Madura. Sejak konflik berkecamuk di tahun 2013 silam, mereka diungsikan ke Sidoarjo.
Beragam upaya telah dilakukan oleh banyak pihak. Mulai dari Gubernur Jatim, Polri, TNI, Bupati Sampang, hingga para ulama di Madura untuk rekonsiliasi. Proses panjang nan alot tersebut perlahan-lahan mulai menemukan hasil.
Kini, para pengungsi telah menerima sertifikat tanah di Sampang setelah melakukan baiat kembali ke ajaran Sunni. Meski demikian, mereka masih belum tahu kapan bisa kembali memulai kehidupannya di Sampang.
“Saya masih belum tahu. Tentu saja kami ingin secepatnya. Namun semua itu butuh persiapan. Kalau dari pemerintah menyatakan siap, tentu kami ingin segera pulang,” ujar Tajul Muluk, pemimpin kelompok pengungsi, Selasa (2/2).
Sementara Bupati Sampang, Slamet Junaedi yang hadir saat serah terima sertifikat tanah program PTSL tersebut enggan berkomentar banyak terkait kapan pemulangan para pengungsi eks Syiah tersebut.
“Nanti ya, nanti,” ujarnya singkat.
Sedangkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan masih ada proses panjang yang harus dilakukan. Salah satunya mengenai jatah hidup.
“Masih kami koordinasikan dengan semua pihak bagaimana nanti masa transisinya. Namun dari awal negara hadir untuk memenuhi hak-hak warganya,” ujarnya.
Selama ini, para pengungsi mendapat bantuan sebesar Rp 700 ribu per kepala per bulan dari Pemerintah Provinsi Jatim. Hal itu untuk menjamin kehidupan para pengungsi eks Syiah di Sidoarjo. (Affendra F)