KOTA, SIDOARJONEWS.id– Sebuah momen bersejarah lahir di Sidoarjo. Untuk pertama kalinya di Indonesia, sebuah pameran seni digital berskala internasional resmi digelar di kota ini. Kejutan besar tersebut terwujud berkat kolaborasi antara Institut Français Indonesia (IFI) Surabaya dengan Rumah Budaya Sidoarjo yang menghadirkan karya sepuluh seniman dengan tema besar mengenai dunia digital dan relasi kekuasaan di dalamnya.
Pameran ini langsung menyita perhatian karena berbeda dari pameran seni pada umumnya. Jika biasanya pengunjung akan melihat lukisan di atas kanvas atau patung artistik, maka di sini para penikmat seni disuguhi pengalaman digital yang lebih interaktif. Karya-karya yang dipamerkan tidak hanya berupa visual, tetapi juga peristiwa digital, performa berbasis internet, hingga interaksi yang melibatkan komunitas daring.
Direktur IFI Surabaya, Sandra ViVier, menegaskan bahwa bagian awal dari pameran ini berfokus pada sejarah panjang internet. Ia menilai penting bagi generasi muda untuk memahami bahwa internet tidak muncul secara instan, melainkan melalui proses panjang yang penuh dinamika.
“Kami ingin anak-anak muda mengenal sejarah internet dan menyadari bagaimana teknologi ini membentuk relasi kekuasaan, konsumsi, bahkan cara kita berkomunikasi sehari-hari,” ujar Sandra, Kamis, (28/08/2025)
Sandra menambahkan, bahwa Sidoarjo dipilih sebagai kota pertama penyelenggaraan pameran ini karena karakter Rumah Budaya Sidoarjo yang dianggap inovatif dan selalu dekat dengan anak muda.
“Rumah Budaya Sidoarjo selalu terbuka dengan gagasan baru, sehingga menjadi tempat yang tepat untuk memperkenalkan pameran seni digital internasional pertama di Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, pengelola Rumah Budaya Sidoarjo, Satriagama Rakanaseta, menyampaikan bahwa pameran berlangsung pada 29 Agustus hingga 5 September 2025. Selain itu, pihak penyelenggara juga telah menyiapkan sejumlah acara pendukung atau side event berupa lokakarya, diskusi, serta pemutaran film yang berlangsung pada 30–31 Agustus serta 4–5 September.
“Hari ini pembukaan atau soft launching, acara masih bersifat private, sedangkan publik bisa mulai menikmati karya seni digital tersebut pada hari ini. Informasi detail kegiatan bisa diakses melalui media sosial Rumah Budaya Sidoarjo,” terang pria yang biasa dipanggil Seto itu pada kesempatan yang sama.
Tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni, pameran ini juga istimewa karena menjadi bagian dari peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Prancis. Artinya, pameran ini bukan sekadar acara lokal, melainkan momentum yang menyatukan kebudayaan dua negara melalui seni digital yang tengah berkembang pesat di dunia.
Dengan Sidoarjo sebagai pintu masuk, pameran ini diharapkan mampu membawa angin segar dalam dunia seni di Indonesia. Bukan tidak mungkin, ke depannya Sidoarjo akan menjadi barometer baru bagi perkembangan seni digital di tanah air.
Kehadiran pameran berskala internasional ini juga memberi ruang bagi kelompok minoritas yang sering kali luput dari perhatian, karena beberapa seniman menggunakan karya mereka untuk menciptakan komunitas baru yang lebih inklusif di ranah digital.
Tak hanya itu, pameran seni digital internasional di Sidoarjo ini jelas menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat. Selain mengukuhkan posisi Sidoarjo sebagai kota yang terbuka terhadap inovasi, acara ini juga menunjukkan bahwa seni tidak lagi terbatas pada kanvas dan patung, melainkan terus berkembang seiring dengan pesatnya teknologi digital. (Ard)
