BUDURAN, SIDOARJONEWS.id – Harapan para keluarga santri korban robohnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, kini bergantung pada hasil tes DNA. Puluhan perwakilan keluarga inti, mulai dari ayah, ibu, hingga kakak dan adik kandung santri, menjalani pengambilan sampel DNA di Posko Ante-Mortem Biddokkes Polda Jawa Timur pada Kamis (2/10/2025).
Tes ini dilakukan untuk mempercepat proses identifikasi korban yang masih terjebak di balik reruntuhan bangunan. Sampel DNA keluarga nantinya akan dicocokkan dengan DNA jenazah yang ditemukan tim SAR. Proses ini menjadi bagian penting dari Disaster Victim Identification (DVI) yang dijalankan oleh Biddokkes Polda Jatim.
Sebelum menjalani pemeriksaan, para wali santri lebih dulu diberi penjelasan mengenai prosedur dan pentingnya tes DNA. Mereka juga dimintai persetujuan resmi agar proses dapat dilanjutkan. Meski penuh rasa berat, para keluarga akhirnya setuju, demi mendapatkan kepastian terkait identitas anak-anak mereka.
Suasana di lokasi tes DNA begitu haru. Sebagian besar keluarga hanya bisa pasrah, meskipun hati mereka menolak kenyataan kehilangan orang yang dicintai. Bagi mereka, kepastian identitas anak-anak jauh lebih berharga daripada menunggu dalam ketidakjelasan.
Salah satu wali santri, Ainun Naim (55), ayah dari M. Ibrohim Al Aqil (14) asal Jember, mengaku sudah mengikhlaskan segala kemungkinan yang terjadi pada putranya. Ia menuturkan, meski berat, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.
“Kalau memang sudah takdir, saya ikhlas. Dari pihak pesantren juga sudah menyampaikan permohonan maaf atas musibah ini,” ucap Ainun dengan suara terbata.
Tes DNA yang dijalani keluarga ini diharapkan bisa mempercepat proses pencocokan identitas. Menurut tim DVI, metode DNA dianggap paling akurat untuk mengenali korban yang sulit diidentifikasi secara visual. Hasil tes akan dibandingkan dengan sampel yang diambil dari jenazah, baik melalui tulang, rambut, maupun jaringan tubuh lainnya.
Sementara itu, di lokasi ponpes, tim SAR gabungan masih melanjutkan proses evakuasi. Setelah disepakati wali santri sehari sebelumnya, penggunaan alat berat mulai dipersiapkan untuk mempercepat pembukaan akses di reruntuhan. Basarnas bersama TNI, Polri, BPBD, dan relawan tetap mengutamakan kehati-hatian agar keberadaan korban tetap dihormati.
Bagi keluarga santri, proses tes DNA bukan sekadar pemeriksaan medis. Ada doa dan air mata yang menyertai setiap langkah. Mereka hanya berharap hasil tes segera keluar, sehingga nasib anak-anak mereka bisa segera dipastikan.
Tragedi runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny memang meninggalkan luka mendalam. Namun, melalui ikhtiar tes DNA, keluarga korban setidaknya mendapatkan kepastian dan bisa melangkah ke tahap selanjutnya, baik untuk pemulihan duka maupun proses pemakaman.
Kini, seluruh mata tertuju pada hasil tes DNA yang sedang diproses oleh tim ahli. Jawaban yang ditunggu-tunggu keluarga mungkin bukan kabar terbaik, tetapi menjadi jalan terakhir untuk memastikan keberadaan anak-anak mereka yang selama ini hilang di balik reruntuhan. (Ard)