SEDATI, SIDOARJONEWS.id – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, menyebut potensi cuaca ekstrem di Surabaya r
Raya masih akan terus terjadi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan awan konvektif sering terjadi di musim hujan kali ini.
Salah satu contoh imbas cuaca ekstrem di Surabaya Raya adalah angin kencang yang menerjang dua desa di Kecamatan Waru pada Jumat (29/11) kemarin.
“Cuaca di musim hujan ini sangat dinamis dan awan cumulonimbus berwarna hitam yang menjulang tinggi bisa memicu angin kencang,” papar prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim.
Selain itu, prakirawan BMKG Juanda lainnya, Rendy Irawadi menjelaskan, mengenai fenomena angin kencang yang terjadi, seringkali terjadi ketika awan konvektif telah mencapai fase matang.
“Angin kencang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya perbedaan suhu dan tekanan. Perbedaan itulah yang menyebabkan angin berputar dan berpotensi menimbulkan angin kencang atau puting beliung,” jelasnya.
Rendy juga menambahkan, bahwa ciri-ciri potensi angin kencang dapat dilihat dari adanya awan cumulonimbus besar dan berwarna hitam. Namun, katanya, di sekitar awan tersebut sebagian masih tampak cerah.
“Angin kencang sering terjadi di kawasan terbuka yang memiliki perbedaan suhu antara permukaan tanah dan udara di atasnya, hal itu memicu terjadinya rotasi angin yang cukup kuat,” terangnya.
Menurutnya, kecepatan angin dalam peristiwa angin kencang dapat mencapai 20 hingga 35 kilometer per jam. Oleh karenanya, kondisi tersebut sangat berbahaya, terutama di daerah terbuka yang tidak terlindungi oleh bangunan.
Sebagai langkah pencegahan, Rendy mengimbau, masyarakat untuk menghindari ruang terbuka. Selain itu, pengendara juga diminta untuk berhati-hati dan tidak berteduh di bawah jembatan atau baliho yang rentan terhadap angin kencang.
“Masyarakat juga harus tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti angin kencang, puting beliung dan hujan es yang dapat terjadi sewaktu-waktu di musim hujan,” pungkasnya. (Hnf)