KOTA, SIDOARJONEWS.id – Muslimat NU Sidoarjo menggandeng Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dalam sosialisasi dan edukasi penggunaan kental manis sebagai susu pada anak-anak di Sidoarjo.
Kental manis atau yang beberapa tahun silam akrab disebut susu kental manis (SKM) kerap dikonsumsi anak-anak maupun ibu hamil sebagai susu. Padahal kandungan susu di dalamnya sangat minim. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, Minggu (6/3).
“50 persen kandungan kental manis adalah gula. Karena memang pada awalnya kental manis diciptakan di Eropa sebagai ransum prajurit agar tak mudah lapar,” jelasnya.
Ia melanjutkan anak-anak atau ibu hamil yang mengkonsumsi kental manis akan terus merasa kenyang. Sehingga asupan gizi dari aneka makanan menjadi minim.
Fakta bahwa SKM bukanlah susu mencuat di tahun 2018 setelah BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) merilis pengumuman tentang kandungan kental manis. Mirisnya, masih banyak ibu-ibu yang menganggap bahwa kental manis adalah susu yang bernutrisi.
“Di Jawa Timur, satu dari lima anak masih diberi asupan kental manis sebagai pengganti susu formula atau ASI oleh ibunya. Penelitian kami berlanjut ternyata ada korelasinya penggunaan kental manis sebagai susu dengan tingginya angka stunting anak di daerah tersebut,” jelasnya.
Meski demikian, penggunaan kental manis sebagai susu disebut hanya satu dari sekian banyak faktor penyebab stunting pada anak.
“Secara umum ada tiga hal yang menjadi faktor stunting yakni sanitasi, pola makan, dan pola asuh. Fokus kami pada kental manis hanya bagian kecil dari itu,” imbuhnya.
Sementara Kabid Kesehatan PP Muslimat NU, dr. Erna Yulia Soefihara mengatakan, sejak empat tahun lalu PP Muslimat NU bekerja sama dengan YAICI untuk mensosialisasikan korelasi penggunaan kental manis sebagai susu terhadap stunting anak.
“Sejauh ini sudah ada 8 provinsi termasuk Jawa Timur. Di Jawa Timur sosialisasi difokuskan di kota/kabupaten dengan angka stunting tertinggi seperti Sidoarjo, Banyuwangi, Bangkalan, dan Sumenep,” ujarnya.
Berdasarkan data YAICI yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Timur melalui pencatatan elektronik dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) di 38 kabupaten/kota per 25 November 2019, terdapat total sebanyak 344.019 balita menderita stunting atau gizi buruk di Jatim. Kota/kabupaten dengan angka stunting tertinggi adalah Sidoarjo.
“Untuk itu, kami berharap melalui forum ini, peserta bisa mensosialisasikan kepada para ibu-ibu di lingkungan sekitarnya agar memberikan asupan gizi yang tepat kepada anak. Sehingga angka stunting bisa ditekan,” ujarnya.(Affendra F)