KOTA, SIDOARJONEWS.id — Ratusan produsen tempe tahu di Sidoarjo melakukan mogok produksi merespons naiknya harga kedelai. Mogok produksi tersebut juga merupakan arahan dari Gakoptindo (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia).
Menurut Ketua Primer Koperasi Karya Mulya di Desa Sepande, Candi, Sukari, arahan mogok produksi dari Gakoptindo tersebut bersifat wajib khusus di daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sedangkan di Jawa Timur, sifatnya hanya himbauan.
“Meski imbauan, 75% dari produsen tempe tahu yang kami naungi sepakat ikut mogok dari tanggal 1-3 Januari 2020,” ujar Sukari melalui sambungan telepon, Minggu (3/1).
Ia melanjutkan, tujuan mogok produksi ialah agar harga tempe dan tahu di pasaran bisa terdongkrak naik sehingga produsen tidak merugi akibat bahan baku yang semakin melambung harganya.
“Selain itu, kami juga berharap pemerintah bisa lebih peduli dengan industri tempe dan tahu. Mengingat selama ini harga kedelai dikendalikan oleh swasta,” ujarnya.
Di hari ketiga mogok produksi, terpantau harga tempe dan tahu di pasaran terdongkrak naik. Himmatul (38 tahun), warga Wedoro, Waru, mengatakan harga tempe hari ini di toko (mlijo) mencapai Rp 5000 dari sebelumnya Rp 2000.
Begitu pula kesaksian dari Farida (37), warga Ngingas, Waru, hari ini tempe dan tahu jadi susah dicari. Hal ini akibat stok yang terbatas sedangkan permintaan pasar masih tinggi.
“Sekarang tempe dan tahu jadi primadona. Susah dicari. Kalaupun ketemu harganya naik tinggi,” ujarnya.
Baik masyarakat maupun produsen tempe dan tahu tentu berharap harga kedelai bisa kembali turun dan terkendali. Mengingat tempe dan tahu merupakan lauk pauk sehari-hari warga Sidoarjo. (Affendra)