CANDI, SIDOARJONEWS.id — Selama tiga hari, ratusan produsen tempe tahu di Sidoarjo melakukan mogok produksi. Hal ini sesuai dengan imbauan dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo).
Meski telah melakukan mogok produksi sejak tanggal 1-3 Januari 2021, harga kedelai di pasaran masih tinggi. Masih berada di angka Rp 9.200 per kilo.
Ketua Primer Koperasi Karya Mulya di Desa Sepande, Candi, Sukari, mengatakan, harga kedelai masih tinggi dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu.
“Sekarang masih Rp 9.200. Di bulan Maret 2020 lalu harga masih Rp 7000. Jadi kenaikannya mencapai kurang lebih 25%,” ujarnya melalui sambungan telepon, Minggu (3/1).
Menurut Sukari, kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu ini dikarenakan perdagangan kedelai dikendalikan swasta. Saat ini, pasokan kedelai di Indonesia mengandalkan impor, sebab produksi kedelai di dalam negeri tidak mencukupi.
“Dalam setahun, kebutuhan kedelai mencapai 3 juta ton. Sedangkan produksi kedelai di dalam negeri hanya 400-500 ton setiap tahunnya. Karenanya, perdagangan kedelai termasuk perihal harga, bergantung pada mekanisme pasar,” jelasnya.
Sukari dan produsen tempe tahu lainnya berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengendalikan harga kedelai. Sebab harga tempe tahu di pasaran sulit sekali dinaikkan. Ketika bahan baku melambung tinggi sedangkan harga jual tempe dan tahu di pasaran tetap, maka produsenlah yang mengalami kerugian.
“Yang bisa dilakukan produsen hanya mengecilkan ukuran tempe tahu produksinya. Itupun masih belum bisa balik modal,” ujarnya. (Affendra)