SIDOARJONEWS.id — “Agama kita adalah Agama Fitrah yang selaras dengan kebutuhan manusia baik kebutuhan lahir maupun batin”
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Agama memberi tuntunan supaya tidak ada penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang pada dirinya sendiri.
Salah satu bentuk kezaliman atau aniaya yang seringkali dilakukan oleh manusia dan banyak merugikan kesehatannya adalah berlebihan dalam mengeksploitasi atau mempekerjakan organ-organ tubuh nya ; perut, usus, mata , telinga, otak, jantung dan lain sebagainya.
Selain itu juga mengganggu kesehatan mental sekaligus ruhani nya.
Andaikan tidak ada syariat puasa, maka manusia tidak akan punya waktu untuk merenungkan apa yang telah ia jalani pada hari-hari yang telah berlalu. Akhirnya hidupnya jadi monoton, kaku dan tidak ada inovasi atau perubahan ke arah yang lebih membangun.
Oleh karenanya salah satu hikmah puasa adalah ia memberi kita ruang yang luas untuk berani menilai diri kita sendiri secara jujur dan apa adanya.
Setelah proses penilaian tersebut seseorang akan mampu berkaca dan membaca rapor kehidupan nya sendiri.
” اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا﴾
[ الإسراء: 14]
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”.
Sayyidina Umar berkata : Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab di pengadilan akhirat kelak.
Imam Qurtubi dalam tafsirnya mengutip wejangan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz:
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً عَرَفَ قَدْرَ نَفْسِهِ.
Allah ﷻ akan merahmati seorang hamba yang mengetahui kapasitas (kadar) dirinya.
Saat itulah kehidupan baru dimulai dimana ia mulai sibuk dengan memperbaiki dirinya dan abai dengan keburukan orang lain.
Nabi Bersabda:
طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوْبِ النَّاسِ. (رواه الْبَزَّارُ)
“Beruntunglah orang yang menyadari pada aibnya sendiri sehingga tidak pernah memperhatikan kesalahan orang lain” (HR. Al Bazzar).
Imam al Ghazali mengatakan dalam kitab Ihya’ nya :
أشد الناس حماقة أقواهم اعتقاداً في فضل نفسه، وأثبت الناس عقلا أشدهم اتهاماً لنفسه
Orang paling dungu adalah mereka yang paling merasa unggul atas orang lain sedangkan orang yang paling berakal adalah mereka yang selalu waspada terhadap kekurangan dirinya. (*/Ipung)