KOTA, SIDOARJONEWS.id – Kondisi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jabon yang sudah penuh menjadi permasalahan bagi Kabupaten Sidoarjo. Namun, solusi atas permasalahan tersebut sebenarnya telah ditemukan oleh putra daerah, tepatnya di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Banjarbendo.
TPST Banjarbendo yang dikelola oleh PT Bakti Bumi menemukan cara mengubah sampah menjadi briket. Metode inilah yang dijalankan di TPST Banjarbendo hingga mampu mereduksi 80 persen sampah.
Ketua TPST Banjarbendo, Marsono bahkan mengatakan bisa mereduksi 100 persen sampah kapasitas mesinnya ditambah.
“Metode ini juga bisa diterapkan di TPA besar seperti di Jabon. Malah prosesnya bisa lebih cepat. Sebab, sampah di TPST ini kan sampah baru yang masih basah. Kami harus mengeringkannya terlebih dahulu. Sedangkan sampah di TPA Jabon kan timbunan sampah lama yang sudah kering,” jelasnya.
Apa yang disampaikan oleh Marsono ini telah terbukti. Tahun ini PT Bakti Bumi telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk mengolah sampah di TPA. Dengan menempatkan tiga mesin ciptaannya, dalam waktu 8 jam bisa menghasilkan 15 ton briket di sana.
Terkait distribusi briket-briket yang terbuat dari sampah ini, Marsono mengaku tidak bingung. Sebab, permintaan industri terhadap briket-briket ini sangat besar. Bahkan ia mengaku tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut.
“Di Sidoarjo saja, ada satu perusahaan meminta kami mengirin 40 ton briket setiap harinya. Ini baru satu perusahaan, belum lagi pelaku UMKM yang membutuhkan sebagai pengganti kayu bakar. Lalu sejauh ini hanya kami yang bisa memproduksi briket ini,” ujarnya.
Banyaknya industri yang menggemari briket ini karena dinilai jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar lainnya seperti kayu bakar atau batu bara. Sedangkan kalori dari briket hasil risetnya ini hampir setara dengan batu bara.
“Dalam waktu dekat ada beberapa kabupaten yang siap meneken MoU dengan kami untuk mengolah sampah di TPA-nya,” imbuhnya.
Cukup miris rasanya melihat inovasi karya putra daerah Sidoarjo justru digemari dan diterapkan di kota lain. Sedangkan kota sendiri masih kebingungan mengatasi permasalahan penumpukan sampah di TPA Jabon.
“Kami siap-siap saja kalau diminta untuk menerapkan metode ini di TPA Jabon. Tak usah APBD, kami tak ingin membebani APBD, cukup berikan supporting izin saja,” pungkas Marsono. (Affendra F)