KOTA, SIDOARJONEWS.id – Di tengah hamparan sawah yang luas di Desa Jumputrejo, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, terdapat sebuah gumukan tanah yang dikenal oleh warga setempat dengan nama “Pasinan”.
Tempat ini memiliki makna mendalam dalam tradisi pertanian masyarakat Desa Jumputrejo, meskipun kini keberadaannya semakin terlupakan.
Dahulu, Pasinan merupakan lokasi penting bagi para petani yang hendak memulai musim tanam atau menyambut panen. Sebelum mereka turun ke sawah, warga setempat akan mengadakan ritual syukuran yang disebut dengan “sedekah bumi”.
Ritual ini melibatkan sesajen, tumpeng, serta do’a bersama yang dimaksudkan untuk memohon keberkahan, hasil panen yang melimpah, dan perlindungan dari hama.
“Pasinan itu dulu tempat kami mengadakan syukuran, baik sebelum menanam padi maupun saat menjelang panen. Kami percaya, dengan mengadakan sedekah bumi di sana, kami akan diberkahi dengan hasil yang baik,” ujar Sihong (65 tahun), salah satu warga Desa Jumputrejo yang masih ingat akan tradisi tersebut.
Tradisi yang berlangsung sejak lama ini membuat Pasinan, sebuah gumukan tanah di tengah sawah, menjadi lokasi yang dihormati. Setiap dusun di Desa Jumputrejo memiliki gumukan tanah serupa di tengah sawah mereka, yang dipenuhi oleh tanaman belukar tinggi. Pasinan, meski hanya sebuah gundukan tanah, dianggap sebagai tempat yang sakral.
Uniknya, fenomena Pasinan ini hanya ditemukan di Desa Jumputrejo, Sidoarjo, menjadikannya sebuah tradisi yang khas dan hanya ada di desa tersebut. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, budaya syukuran dan sedekah bumi yang dilakukan di Pasinan mulai hilang seiring dengan perkembangan zaman.
Menurut Sihong, saat itu, anak-anak yang bermain di sawah seringkali diingatkan oleh para petani agar tidak mendekati atau bermain di area Pasinan.
“Kalau sekarang, budaya itu sudah mulai ditinggalkan. Warga sekarang sudah lebih modern dan kegiatan syukuran di Pasinan tidak lagi dilakukan seperti dulu,” katanya.
Pasinan yang dahulu dipenuhi dengan makna spiritual dan kearifan lokal, kini hanya menjadi kenangan bagi masyarakat Jumputrejo. Meski tradisi tersebut telah banyak ditinggalkan, kisah dan cerita tentang Pasinan masih hidup dalam ingatan warga setempat, sebagai simbol hubungan erat antara manusia dan alam. (Hnf)