TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id | Ketinggian banjir di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, kabupaten Sidoarjo, meningkat, Selasa (25/02/2020) siang.
Sudah dua bulan wilayah di sana terendam air. Akibatnya, sejumlah warga yang terdampak mengeluh mengalami penyakit kulit.
Yuyun Fitriwati, warga Kedungbanteng yang rumahnya terendam, mengeluh kesulitan saat memasak di dapur. Ini disebabkan karena air mulai masuk lewat celah keramik lantai dan saluran pembuangan kamar mandi.
“Gatal-gatal di kaki. Sekarang kalau ke dapur memakai sepatu boots,” terang wanita 37 tahun itu.
Keluhan senada juga diungkapkan oleh Sai’in, warga Desa Banjarasri. Untuk membantu aktivitasnya menguras air yang terus masuk di dalam rumahnya, pria yang tinggal di RT 6 ini membuat “tandon air”.
“Tegel saya coak, kemudian saya taruh pompa akuarium kecil untuk menyedot air yang keluar dari nat lantai. Lumayan, sedikit membantu dari pada dikuras secara manual,” jelas pria 60 tahun itu.
Tak hanya itu, omzet penjualan toko kelontong miliknya juga menurun. Diakui, suasana ketika malam hari di tempat tinggalnya juga sunyi.
“Beberapa pelajar sekolah di jam les sekolah biasanya mampir beli di toko saya. Kali ini sepi, akibat adanya banjir ini,” keluhnya lagi.
Kawasan Kelurahan Sidokare yang berada di tengah kota, tidak luput juga dari banjir.
Selain di kawasan Sidokare, genangan air juga terlihat di Desa Sepande dan juga Banjarpoh.
Beberapa pengguna sepeda motor yang tengah berangkat menuju tempat kerja, sampai harus menepikan kendaraannya karena mogok imbas luapan air.
Selain itu, jalanan yang sudah padat pengguna jalan, jadi lebih macet dari biasanya. Pasalnya, pengguna jalan tidak melajukan kendaraan mereka dengan kecepatan seperti biasanya.
Menurut penuturan beberapa warga, hujan deras pada Hari Senin (24/2/2020) sore membuat Sungai Sidokare meluap. Airnya menggendangi perkampungan Kapasan dan Kutuk yang terletak persis di Selatan Sungai Sidokare.
Robby warga perumahan Sidokare Indah mengaku genangan ini kerap terjadi. Utamanya dimusim penghujan seperti saat ini.
“Jalan kampung mulai sebelah Barat rel kereta api hingga perempatan perumahan Gading Fajar, ikut terendam banjir. Debit air tertinggi di sekitar masjid desa Kutuk Barat,” ungkap pria berambut panjang itu.
Saat ini, warga memasang penghalang dari kayu dan sebagainya sebagai penanda di jalan kelurahan Sidokare. Tujuannya agar kendaraan yang melintas berjalan pelan sehingga ombak air tidak masuk ke dalam rumah.
Menyoal terjadinya banjir di sejumlah wilayah tersebut, Kepala BPBD Sidoarjo Dwidjo Prawito mengatakan bila curah hujan memang tinggi.
“Muka air di Sungai Sidokare memang masih tinggi, sehingga air di kampung sekitar kesulitan masuk ke sungai,” terang Dwidjo Prawito. (ard)