SIDOARJONEWS.id — Dalam dunia pendidikan, sering kali kita terfokus pada pencapaian akademis dan penguasaan materi pelajaran. Namun, ada aspek penting lain yang sering terlupakan, yaitu etika belajar dan kerjasama dalam proses pembelajaran.
Kedua hal ini memiliki peran yang krusial dalam membentuk karakter siswa dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Belajar bersama dan etika belajar memiliki peran yang begitu penting dalam membentuk potensi diri siswa dan memajukan dunia pendidikan.
Belajar bersama bukanlah sekadar membagi materi pelajaran, tetapi juga tentang membangun kerjasama dan kepercayaan antar-sesama.
Pandangan dari Kitab Washoya menunjukkan bahwa kolaborasi dalam pembelajaran dapat mempercepat pemahaman dan memperkaya perspektif siswa.
Sebagaimana yang disampaikan dalam kitab Washoya:
“يابنىّ : ان اردت الخير لنفسك فلا تطالع درسك وحدك واتّخذ لك صديقا من اخوانك يشارككفى المطالعة ويعينك على الفهم, فاذامررت بمسئلة وظننك انّك فهمتها فلا تكتف بظنّك حتّى تدع الكتاب من يدك وتقرّرعا لنفسك اولمن معك كانّك تلقى درسا على المتعلّمين.”
“Wahai anakku : bila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu dapat menolong mu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaran mu, jangan engkau tinggalkan begitu saja buku pelajaran mu. Tetaplah belajar bersama teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran di hadapan para pendidikanku.”
Selain itu, etika belajar juga merupakan hal yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sikap hormat terhadap guru dan sesama siswa, kejujuran dalam mengerjakan tugas, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompok menjadi landasan yang tak ternilai dalam membentuk karakter siswa.
Siswa yang memiliki etika belajar yang baik cenderung lebih sukses dalam mencapai prestasi akademis yang tinggi. Sebagaimana disampaikan dalam kitab Washoya:
“يابنىّ : تأدّب مع اخيك الّذى تختاره للمطالعة – واذا فهمت فبله فلا تفتخر عليه بالسّبق, واذا عرضك فى فهم مسئلة فاستمع لما يقول فربّما يكون الحقّ معه وانت مخطىئ فى فهمك. وايّاك والمجادلة بالباطل والانتصار لرأيك ان كان خطأ, فانّ العلم امانة, ومن نتصر للباطل فقد ضيّع امانة الله.”
“Wahai anakku : berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih cepat memahami masalah, jangan sekali kali engkau menghina temanmu (baik dengan kata kata atau dengan perbuatan) dengan menunjukan kebolehanmu dalam membahas atau memahami suatu masalah. Wahai anakku, takutlah dirimu dari berdebat (mujadalah) dan bersitegang dari perkara yang bathil (salah) sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah amanah dan barang siapa menggunakan ilmu pengetahuan ke arah kebathilan, berarti ia menyia-nyiakan amanah dari Allah SWT.”
Dalam konteks belajar bersama, perdebatan yang tidak produktif harus dihindari. Sebaliknya, kita harus fokus pada upaya bersama untuk memahami konsep-konsep yang menantang. Sikap rendah hati dan menghormati pendapat orang lain merupakan kunci dalam membangun lingkungan belajar yang kondusif. Sebagaimana disampaikan dalam kitab Washoya:
“يابنىّ : اكثر من المذاكرة لما حصّلت من العلوم فانّ آفة العلم النّسيان, واعلم انّك فى نهاية العلم ستمتحن فى كلّ معلوماتك وعند الامتحان يكرم المرء اذا أحسن الاجابة ويستهين به اهله اذا لم يحسن الجواب وظهر انّه مفرّط فى التّحصيل.”
“Wahai anakku : perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai pelajaran yang telah engkau dapatkan. sesungguhnya petaka bagi ilmu pengetahuan adalah lupa. Ketahuilah! sesungguhnya engkau orang yang terpandang di masyarakat, tentu akan datang ujian bagi setiap ilmu pengetahuan yang engkau miliki. orang yang dapat mengatasi ujian itu, akan mendapatkan kedudukan yang mulia, sebaliknya masyarakat akan mencelanya bila ia tidak berhasil mengatasi dengan baik. Dengan demikian akan terlihat kesungguhan orang tersebut dalam belajar.”
Melalui konsistensi dalam pembelajaran, kita dapat mencegah lupa akan informasi yang telah dipelajari. Ini sangat penting mengingat bahwa lupa merupakan musuh utama dari belajar.
Oleh karena itu, belajar tidak hanya tentang mengumpulkan informasi, tetapi juga tentang mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan. Dengan cara ini, siswa dapat membangun fondasi yang kuat untuk pembelajaran lanjutan dan pengembangan diri yang berkelanjutan.
Menurut pendapat Zubairi, dkk (2022), dalam Artikel yang berjudul “Etika Belajar dalam Al-Quran”, etika belajar yang baik adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan. Dia menceritakan kisah yang berkesan dalam Al-Quran (Surat Al-Kahfi: 66-78) bagaimana Nabi Musa dengan etika yang baik nyantri kepada Nabi Khidir dan bagaimana Nabi Khidir dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan polos dari Nabi Musa.
Zubairi, dkk (2022) melanjutkan, bahwa dalam menuntut ilmu kita harus mengetahui apa itu etika. Baik itu etika terhadap guru, teman maupun terhadap orang lain. Etika sangat penting dalam menuntut ilmu karena agar ilmu yang kita pelajari dapat menjadi berkah.
Siapapun yang menjunjung tinggi suatu etika maka orang itu menjadi lebih disegani, karena ia mengetahui adab dan akhlak. Jangan sampai menuntut ilmu tapi tidak menghormati ilmu itu sendiri.
Siapapun yang memiliki etika berarti dia sudah menjadi orang yang terdidik, karena etika pada dasarnya memiliki arti akhlaqul karimah dan bersikap sopan dan santun dalam segala kebiasaannya.
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa belajar bersama dan etika belajar memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui kolaborasi, kerendahan hati, dan konsistensi, siswa dapat mengembangkan potensi diri secara optimal.
Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan institusi pendidikan untuk mengintegrasikan nilai-nilai etika belajar dalam kurikulum mereka dan memberikan dukungan yang cukup untuk pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa, serta memajukan dunia pendidikan menuju masa depan yang lebih baik. (***)