SEDATI, SIDOARJONEWS.id – Jalan hidup seseorang kadang sulit ditebak. Begitu pula yang dialami Avid Dwi Prasetyo, pria kelahiran Bojonegoro tahun 1991. Siapa sangka, mantan pesepak bola yang pernah merumput bersama Persibo U-21 itu kini justru menemukan jalan hidup baru sebagai seorang chef di Swiss-Belinn Airport Surabaya, Juanda.
Avid mengawali karirnya bukan di dapur, melainkan di lapangan sepak bola. Sekitar tahun 2010–2011, ia sempat memperkuat Persibo U-21 dan bermain sebagai bek kanan. Kala itu, dirinya bahkan sudah menandatangani kontrak profesional.
“Saya sempat satu kamar dengan pemain idola saya, Samsul Arif. Rasanya seperti mimpi bisa berada di satu tim,” kenangnya, Rabu (10/9).
Namun, harapan besarnya di dunia sepakbola kandas saat Indonesia dilanda dualisme liga. Persibo yang berlaga di Liga Premier Indonesia (LPI) harus menghadapi masalah keuangan akibat sanksi dari PSSI.
“Saya dan teman-teman tidak mendapat bayaran. Situasi sepakbola saat itu benar-benar kacau,” ungkap Chef yang mengidolakan bek kanan MU itu.
Tak ingin terus larut dalam ketidakpastian, Avid mencoba peruntungan ke Persema Malang. Meski sempat bergabung, karirnya tak juga menemukan titik terang. “Waktu itu saya sadar, mungkin rezeki saya bukan di sepakbola,” ujarnya.
Titik balik datang ketika salah satu saudaranya menawari Avid untuk menempuh sekolah perhotelan. Meski awalnya asing dengan dunia dapur, ia akhirnya berani melangkah dan mendaftar di Surabaya Hotel School (SHS) pada 2013.
“Jujur waktu itu benar-benar nol pengalaman. Tapi saya coba saja. Alhamdulillah ternyata jalannya ada,” tutur Avid.
Setelah lulus dari SHS, ia mulai meniti karir di dunia perhotelan. Perjuangan panjang itu membuahkan hasil. Kini, ia dipercaya menjadi salah satu chef di Hotel Swiss-Belinn Airport Surabaya yang ada di kawasan Bypass Juanda Sidoarjo.
“Sudah 12 tahun saya meninggalkan dunia sepakbola. Dari 2013 sampai sekarang, saya konsisten di dapur hotel,” ucapnya penuh syukur.
Meski begitu, kecintaan Avid pada sepakbola tak pernah padam. Di sela kesibukannya, ia masih menyempatkan diri turun ke lapangan bersama teman-temannya.
“Kalau ada waktu luang, ya masih sering main bola. Namanya sudah hobi dari kecil, susah dilepas,” katanya sambil tersenyum.
Kisah Avid menjadi bukti bahwa kegagalan bukanlah akhir segalanya. Justru dari kegagalan, ia menemukan jalan baru yang tak kalah membanggakan. Dari rumput hijau ke dapur hotel, perjalanan hidupnya mengajarkan arti pantang menyerah. (Hnf)