KOTA, SIDOARJONEWS.id — Mempertahankan eksistensi selama 18 tahun di dunia musik indie bukanlah hal yang mudah. “The Sukudalu”, band asal Sidoarjo sukses bertahan dengan aliran musik Ska.
Berbagai dinamika seperti canda, tawa, perjuangan hingga pengorbanan telah membawa The Sukudalu terus berkarya mewarnai musik indie di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.
The Sukudalu pertama terbentuk di tahun 2006, salah satu penggagas utamanya adalah Irwan Kombor. Sang drummer itu bercerita nama The Sukudalu dari hobi nongkrong bersama teman-teman komunitas di malam hari.
Menurut Irwan Kombor, nama The Sukudalu diambil dari bahasa Jawa kuno. Suku artinya kaki dan Dalu artinya malam.
“Kami sering berkumpul dan nongkrong setiap malam, sehingga nama ini cocok untuk kami. Artinya adalah kaki-kaki yang menjadi penggerak di malam hari,” jelasnya pada Minggu, (22/10/ 2024).
Irwan menambahkan, bahwa istilah “Penggerak” merujuk pada keinginan mereka untuk menyebarkan kebaikan melalui karya musik.
Selama 18 tahun, The Sukudalu telah mengalami beberapa kali pergantian personil. Formasi terkini diisi oleh Febrian “Londo” (vokalis), Herman “The Black Magic Rhythm” (gitaris), Anaz “Bond” (gitaris), Deny “Tuek” (bassis), dan Irwan “Kombor” (drumer).
Sepanjang kariernya, The Sukudalu telah menciptakan 24 lagu.
Album pertama mereka berjudul “Burning Your Soul”. Terdiri dari 7 lagu, diantaranya. “We Are the Sukudalu”, “Fly Me”, “Beside Me”, hingga “Walking on the rainbow”, itu semua sudah tersedia di platform musik digital.
Dalam kesempatan yang sama, The Sukudalu juga mengadakan penampilan spesial untuk para penggemar dan temen-temen skena musik Ska di Sidoarjo. Irwan Kombor Cs ini membawakan beberapa lagu andalan dari album pertama dan juga lagu-lagu terbaru yang belum pernah dirilis.

Penampilan tersebut disambut meriah oleh para penonton yang hadir, ini menambah semangat para personil untuk terus berkarya.
Febrian Londo, vokalis The Sukudalu, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para penggemar yang selama ini setia mendukung perjalanan mereka.
“Dukungan dari kalian adalah alasan kami tetap berdiri sampai hari ini. Kami berharap bisa terus membuat karya yang bisa dinikmati oleh semua orang,” ujarnya dengan penuh semangat.
Rencana tour ke negara Jepang yang disebutkan oleh manajer mereka, Ardi Kurniaji, menjadi salah satu langkah besar bagi The Sukudalu untuk memperkenalkan musik Ska ala Sukudalu di kancah internasional.
Ardi menjelaskan, bahwa negara Jepang dipilih bukan hanya karena potensi pasar musiknya yang besar, tetapi juga karena kecocokan genre musik Ska dengan selera musik manusia di sana.
“Kami percaya The Sukudalu bisa diterima dengan baik di Jepang. Kami ingin menunjukkan bahwa musik Indonesia, khususnya Ska, bisa bersaing di kancah internasional,” ungkapnya.
Selain itu, The Sukudalu juga berencana untuk merilis album kedua yang akan berisi lagu-lagu baru dengan nuansa yang lebih matang dan dewasa.
Sang drummer, Irwan Kombor menyebutkan, bahwa album tersebut akan mengeksplorasi berbagai tema. Mulai dari kritik sosial, refleksi diri, hingga pengalaman hidup yang dialami oleh para personil.
“Kami ingin album ini menjadi sebuah karya yang bisa merefleksikan perjalanan kami selama 18 tahun terakhir. Musiknya akan lebih bervariasi, dengan tetap mempertahankan ciri khas The Sukudalu,” kata bapak dua anak tersebut.
Dengan semangat yang tak pernah padam, The Sukudalu berharap dapat terus berkarya dan menginspirasi banyak orang, terutama komunitas musik indie di Sidoarjo dan sekitarnya.
“Perjalanan kami belum selesai. Masih banyak mimpi yang ingin kami wujudkan, dan kami akan terus berjalan bersama para penggemar yang setia mendukung kami,” pungkas Irwan.
Momen 18 tahun The Sukudalu, juga melaunching beberapa merchandise dan buku biografi perjalanan The Sukudalu. Buku ini sebagai salah satu informasi tambahan band indie beraliran Ska di Sidoarjo yang masih aktif berdiri sejak tahun 2006.

Buku dengan cover gambar tatoo dari punggung sang Bassis, Deny “Tuek” bertuliskan “Sukudalu” ini karya M.A Haris Firismanda sebagai penulis. Buku ini sudah dirilis sebanyak 60 eksemplar.
“Saya memilih The Sukudalu ini karena menurut saya genre musiknya unik terlihat dari liriknya yang cadas, liar, dan binal. Rencananya akan ada buku kedua tentang perjalanan The Sukudalu selanjutnya,” ucap Haris.
Momen perayaan 18 tahun ini tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan pencapaian, tetapi juga sebagai motivasi bagi The Sukudalu untuk terus berinovasi dan memberikan yang terbaik bagi dunia musik Indonesia.
Mereka berkomitmen untuk menjaga semangat kebersamaan dan terus menciptakan karya-karya yang dapat dinikmati oleh para pecinta musik di dalam maupun luar negeri. (ipung)