JABON, SIDOARJONEWS.id – Pulau Lusi (Lumpur Sidoarjo) kini menjelma menjadi salah satu wisata unggulan Kota Delta. Wisata yang dibangun dari reklamasi endapan lumpur Lapindo ini di tahun 2019 lalu bahkan menyabet juara 2 ajang Anugerah Pesona Indonesia.
Namun, siapa yang tahu di balik menterengnya nama Pulau Lusi sekarang, ada perjuangan berat yang dilakukan oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dalam menginisiasi wisata ini sejak tahun 2012 silam.
Humas Pokdarwis, Supari menceritakan proses pembangunan wisata Pulau Lusi sejatinya telah dilakukan sejak tahun 2012. Kala itu, lampu hijau telah diberikan oleh Bupati Sidoarjo dan BPLS. Pokdarwis, termasuk Supari sendiri yang terjun untuk membangun wisata di Kecamatan Jabon tersebut.
“Sayangnya perjalanan tak semulus yang kami kira. Salah satu hal paling mendasar ialah masalah dana pengembangan. Saat itu bisa dikatakan pengembangan berjalan di tempat,” ujarnya, Sabtu (6/11).
Bahkan beberapa anggota Pokdarwis memilih untuk menyerah dengan keadaan. Pasalnya, dukungan dari pemerintah kala itu hanya sebatas izin saja. Butuh ratusan juta bahkan miliaran untuk membangun wisata yang mapan dan mudah diakses.
“Beberapa tahun kemudian, kepengurusan baru Pokdarwis kembali berkumpul dan berdiskusi terkait kelanjutan wisata ini. Alhamdulillah, ada dukungan dana dari Ketua Pokdarwis. Dana tersebut kami gunakan untuk membangun infrastruktur dan membeli beberapa unit perahu,” imbuhnya.
Sedikit demi sedikit, pembangunan Wisata Bahari Tlocor, nama resmi wisata Pulau Lusi berjalan. Infrastruktur di dermaga Tlocor dan Pulau Lusi telah terbangun. Wisata Pulau Lusi pun secara resmi dibuka untuk umum.
Benar saja, begitu dibuka, Pulau Lusi mendapat perhatian luar biasa dari masyarakat Sidoarjo di tahun 2019. Pokdarwis pun optimistis bisa mengembalikan dana pinjaman dari Ketua Pokdarwis dari hasil penjualan tiket.
Manajer Operasional Wisata Bahari Tlocor, Alfina Damayanti mengungkapkan, di tahun 2019 itu pula, Pulau Lusi mendapat juara 2 Anugerah Pesona Indonesia. Betapa senangnya Pokdarwis dengan pencapaian tersebut. Seluruh kerja kerasnya terbayar sudah. Dan yang paling penting, mereka bisa menggunakan hadiahnya untuk menutup pinjaman pembangunan.
“Tapi karena satu dan lain hal, hadiah berupa uang tunai sekian ratus juta tersebut tak bisa cair. Kami tidak tahu jelas alasannya,” ujarnya.
Bak sudah jatuh, tertimpa tangga. Memasuki tahun 2020, pandemi Covid-19 melanda. Sektor wisata terkena dampak yang siginifikan karena terpaksa harus ditutup. Padahal ada banyak warga sekitar yang bergantung dengan adanya wisata ini.
“Bahkan sampai sekarang pun pendapatan kami belum pulih seperti sedia kala. Ya memang sekarang sudah mulai bergeliat,” ujarnya.
Di tengah kekalutan, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI datang membawa harapan. Sembilan rencana pengembangan telah dijabarkan dan dijanjikan tahun depan. Membawa sedikit angin segar bagi Pokdarwis selaku pengelola.
“Kami bersyukur, tapi kami juga berharap Pokdarwis tetap dilibatkan dalam pengelolaan. Sebab, ada banyak warga desa yang bergantung hidup dari wisata ini,” imbuh Alfina.(Affendra F)