KOTA, SIDOARJONEWS.id – Tidak banyak yang tahu, sejarah Sidoarjo sempat diwarnai pergolakan daerah setelah penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia. Pada masa itu, Kabupaten Sidoarjo dijabat oleh Bupati kedua yang bernama R. Soeriadi Kertosoeprojo.
Di tengah suasana transisi pemerintahan, muncul seorang tokoh bernama Imam Sidjono atau yang lebih dikenal dengan sebutan Malik. Ia merupakan mantan kepala desa Trompoasri, Kecamatan Jabon. Malik kemudian memimpin sebuah gerakan yang tujuannya cukup mengejutkan yakni menggulingkan Bupati Soeriadi.
Untuk memperkuat dukungan, Malik mendekati para lurah dan mengajak mereka ikut dalam barisan perlawanan. Tidak berhenti di situ, ia juga memanfaatkan persenjataan bekas tentara KNIL sebagai modal kekuatan kelompoknya.
Gerakan Malik ternyata tidak bisa dianggap remeh. Dengan peralatan senjata tersebut, gerombolannya mampu menguasai beberapa wilayah strategis seperti Gempol, Bangil, hingga Pandaan. Mereka bahkan melakukan infiltrasi ke berbagai sudut kabupaten.
Bagi pemerintah saat itu, aksi Malik jelas menjadi ancaman serius. Perlawanan yang dilakukan cukup gigih dan menyulitkan aparat. Suasana di Sidoarjo pun sempat dibuat tidak tenang akibat pergerakan kelompok ini.
Namun, perjalanan gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Sekitar pertengahan Mei 1951, Malik akhirnya tertangkap di wilayah Bangil. Penangkapan itu membuat kekuatan gerombolannya mulai melemah dan berangsur mundur.
Walaupun pemimpinnya sudah diamankan, aparat tidak berhenti begitu saja. Operasi penindakan tetap dilanjutkan untuk memburu para pengikut Malik. Satu per satu berhasil ditangkap hingga jaringan mereka perlahan terputus.
Setelah serangkaian operasi, kondisi keamanan di Sidoarjo mulai kembali kondusif. Aktivitas masyarakat berangsur normal, dan kabupaten ini bisa kembali fokus pada pembangunan di awal masa republik.
Kisah pergolakan daerah ini menjadi catatan penting dalam perjalanan sejarah Sidoarjo. Bahwa di masa lalu, daerah ini pernah menghadapi gejolak politik dan keamanan yang cukup pelik, bahkan melibatkan perlawanan bersenjata.
Cerita tersebut tertulis dalam buku Jejak Sidoarjo: Dari Jenggala ke Suriname. Buku ini mengingatkan generasi sekarang bahwa stabilitas dan ketenangan yang dirasakan saat ini lahir dari proses panjang yang penuh tantangan dan perjuangan. (Hnf)