KOTA, SIDOARJONEWS.id — Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sidoarjo 2024 bakal digelar November besok. Sejumlah nama sudah muncul ke publik, mereka mulai menggalang dukungan baik melalui medsos maupun berbentuk relawan atau simpatisan.
Nanang Haromain, Founder Institute of Research and Public Development (IRPD), mengatakan memanasnya persaingan untuk menjadi orang nomor satu di Sidoarjo itu merupakan hal yang wajar. Ada banyak harapan dari 2,7 juta penduduk Sidoarjo kepada para calon pemimpin mereka.
“Sejak rezim pemilihan kepala daerah secara langsung dimulai, elektabilitas calon adalah konsideran utama dalam penentuan cabup cawabup,” kata dia, Rabu (27/3/2024).
Dalam Pilkada, lanjut Nanang, elektabilitas calon itu merupakan kekuatan utama dalam memenangkan pertarungan. Calon-calon yang diusung partai politik itu harus bisa menggaet simpati pemilih, baik secara ketokohan, integritas atau bersih dari korupsi.
“Kesiapan logistik juga penting, biar bagaimanapun Pilkada adalah perhelatan raksasa yang membutuhkan ongkos politik yang tidak sedikit,” ujarnya.
IRPD menilai, saat ini nama-nama yang diprediksi bakal mampu bersaing di Pilkada Sidoarjo November besok tidak akan jauh dari enam orang ini. Calon-calon dari Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Gerindra akan memiliki nilai tawar yang tinggi.
Sebut saja, Ahmad Muhdlor Ali, yang saat ini menjabat sebagai Bupati Sidoarjo dan H. Subandi, S.H., Wakil Bupati sekaligus Ketua DPC PKB Sidoarjo. Itu merupakan calon kuat di Pilbup mendatang.
Selain itu, PKB masih memiliki H. Usman M.Kes., yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Sidoarjo. Dan hal yang patut ditunggu adalah kejutan dari keluarga besar Saiful Illah bekas Bupati Sidoarjo.
“Namun dengan situasi internal PKB terkini hanya ada 2 nama tersisa yang bersaing ketat berebut rekom PKB,” ujarnya.
Abah Subandi masih menjadi yang terkuat mendapat tanda tangan Muhaimin Iskandar untuk maju di Pilkada Sidoarjo. Begitu juga dengan Usman, sudah mulai tebar baliho, elektabilitas perlahan mulai naik. Bukan tidak mungkin bakal nyalip ditikungan terakhir: seperti pada momen pemberian rekomendasi PKB pada Pemilu 2020 lalu.
Selain dari PKB, kader-kader Partai Gerindra bisa memberikan ancaman nyata di Pilkada Sidoarjo. Saat ini muncul dua nama yang sudah beredar, yaitu keluarga Bambang Haryo Soekartono (BHS) dan keluarga Rahmat Muhajirin.
Dari dua nama tersebut, kecil kemungkinan BHS bakal kembali maju di Pilbup besok. Sebab pada pileg kemarin ia terpilih sebagai anggota DPR RI, sedangkan putranya Cahyo Harjo Prakoso juga terpilih menjadi anggota DPRD Jatim dari Dapil Jatim 1 (Surabaya).
Dengan situasi tersebut, Nanang meyakini, nama-nama disebut-sebut tadi itu yang bakal bersaing berebut kursi W1 (Bupati Sidoarjo). Tinggal komposisi kendaraan politik masing-masing yang sampai saat ini masih belum pasti.
“Kemungkinan akan semakin terang setelah konstelasi politik nasional terbentuk mapan,” ungkapnya.
Selain kandidat calon bupati, persaingan calon wakil bupati juga bakal menarik. Dr. Hudiono mantan Pj Bupati Sidoarjo yang saat ini sebagai kader Partai Demokrat dan Adam Rusydi Ketua DPD Golkar menjadi salah satu nama yang masuk bursa wakil bupati.
Kemudian, H. Khulaim Junaidi anggota DPRD Jatim dari PAN dan Sullamul Hadi Nurmawan Wakil Ketua PCNU Sidoarjo dan kader PKB dan Samsul Hadi Sekretaris DPC PDI Perjuangan juga patut diperhitungkan.
Disamping dari partai politik, kandidat dari non parpol juga mampu bersaing sebagai calon alternatif dalam perebutan kursi kekuasaan di Kota Delta. Nama-nama yang patut diperhitungkan ialah Dr. Bahrul Amig Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo. Kemudian ada nama, Kiai Haji Zainal Abidin Ketua PCNU Sidoarjo.
“Dengan elektabilitas yang tinggi memungkinkan nama-nama tersebut dapat menarik donatur untuk menyumbang kampanye dan sosialisasi,” imbuhnya.
Namun, keunggulan ini tidak serta merta menjamin kemenangan mereka. Kekuatan logistik dan elektabilitas tinggi hanyalah modal awal. Selebihnya masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pemilu, seperti strategi kampanye, isu-isu yang diangkat, latar belakang cabup-cawabup dan faktor eksternal seperti kondisi sosial dan politik nasional. (Ipung)