TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id – Ratusan warga Desa Kedung Banteng dan Desa Banjarasri di KEcamatan Tanggulangin terlihat sibuk mencangkul dan mengangkut tumpukan sirtu di sepanjang jalan desa.
Pemandangan yang nampak kurang lebih sepekan ini bukan karena warga tengah berkerja bakti bulanan. Mereka berbondong-bondong mengangkut sirtu ke dalam rumah untuk mencegah air masuk ke dalam rumahnya.
Selama kurang lebih empat bulan, rumah warga RT 3, 5, dan 6 Desa Kedungbanteng terendam air. Ketinggian air bahkan terus meningkat hingga ada yang sampai setinggi lutut orang dewasa.
“Sirtu-sirtu ini dari pemkab. Hanya diturunkan di pinggir jalan. Jadi warga sendiri yang harus mengangkutnya ke dalam rumah,” ujar Liman, warga Desa Kedungbanteng, Selasa (5/1).
Rata-rata, warga harus menguruk rumahnya setinggi 50 cm hingga 1 meter agar air tidak sampai menggenangi rumah.
Warga baik yang tua, muda, laki-laki, perempuan, semua sibuk mengangkut sirtu dan menguruk kediamannya. Seperti yang terlihat di kediaman pasangan Basori dan Liayaroh, warga RT 3 Desa Kedungbanteng.
“Saya pribadi berterima kasih atas bantuan sirtu ini. Setidaknya menjadi solusi sementara agar rumah kami tidak tergenang air,” ujar Basori.
Setelah menguruk, pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan oleh warga adalah meninggikan atap rumahnya. Ya, akibat lantai diuruk setinggi 50 cm, atap rumah jadi terlihat rendah. Bahkan beberapa warga harus menunduk saat melewati pintu.
“Ini kalau tidak menunduk ya bisa terbentur. Bantuan pemkab hanya sebatas sirtu saja. Urusan meninggikan kusen pintu dan atap, ya warga sendiri,” ujar Ariyan, warga RT 5.
Di beberapa rumah terlihat pintu tak lagi terpasang. Sebab, untuk bisa memasang pintu harus meninggikan kusen terlebih dahulu.
Nestapa yang dialami warga di kedua desa ini baru dirasakan sejak beberapa tahun belakangan. Bahkan menurut pengakuan warga, tahun sebelumnya tidak separah ini. (Affendra)