SIDOARJONEWS.id – Mata Garuda, organisasi ikatan alumni dan penerima beasiswa pendidikan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), meluncurkan Mata Garuda Institute (MGI), Sabtu (6/2/2021).
MGI adalah wadah profesional dan pusat penelitian bagi awardee LPDP dalam melakukan kajian kebijakan publik terutama di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta politik, hukum dan HAM.
Berdasarkan rilis tertulis yang diterima redaksi, peluncuran MGI dilaksanakan melalui rangkaian webinar bertajuk “Refleksi 2020 Menuju Indonesia Pulih 2021”.
Peluncuran MGI ini mendapat apresiasi dari pejabat-pejabat pemerintahan yang memberikan pidato sambutan. Di antaranya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wamenkumham Edward Hiariej, serta Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud RI, Iwan Syahril.
Selain itu, MGI juga menghadirkan narasumber-narasumber yang ahli di bidangnya, antara lain Amalia Adininggar Widyasanti selaku Deputi Bidang Ekonomi Kepala Bappenas, Nafsiah Mboi selaku Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu II, Haris Azhar selaku Direktur Eksekutif Lokataru Foundation, dan Fasli Jalal selaku Wakil Menteri Pendidikan Nasional 2010.
MGI merupakan bagian dari Mata Garuda yang beranggotakan 25.000 penerima dan alumni beasiswa LPDP yang diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan bangsa.
Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso, dalam sambutannya menyambut baik kehadiran MGI dan menekankan bahwa komitmen pemerintah dalam pengembangan SDM tidak surut yang dibuktikan dengan peningkatan dana kelolaan LPDP hingga menjadi 70 T. LPDP terus berkomitmen dalam peningkatan SDM Indonesia dengan pemberian beasiswa.
Erbi Setiawan, ketua Umum Mata Garuda mengatakan bahwa awardee dan alumni LPDP memiliki tanggung jawab moral kepada negara yang telah memberikan beasiswa S2 dan S3 dan telah seharusnya berkontribusi nyata untuk kemajuan bangsa.
“Adalah tanggung jawab mutlak bagi seluruh penerima beasiswa LPDP agar memberikan kontribusi bagi Indonesia, dan MGI menjadi salah satu bentuk konkritnya,” ujar Erbi Setiawan.
Dimas Muhammad selaku ketua MGI berharap MGI bukan hanya berkutat dalam ihwal teori dan konsep akan tetapi memberikan alternatif kebijakan melalui kolaborasi kajian dengan pemerintah pusat maupun daerah serta stakeholders lainnya, guna menyelesaikan masalah yang ada dalam masyarakat.
Sementara itu, dalam sambutannya dari perspektif bidang ekonomi, Airlangga Hartarto menekankan bahwa masa pandemi ini merupakan momentum untuk berinovasi dan menemukan solusi atas berbagai permasalahan bangsa.
Airlangga berharap MGI dapat menjadi pusat kontribusi berbasis keilmuan, memberikan sumbangan inovasi yang nyata dan menjadi wadah para intelektual muda untuk terus berbagi.
Dalam tanggapannya, Amalia Adininggar menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 memberikan tekanan terhadap perekonomian Indonesia yang tengah mengalami resesi pertama kali sejak krisis 1998.
“Pandemi mengubah pola dunia, mempercepat otomatisasi dan digitalisasi, peningkatan kecerdasan buatan (AI), big data serta trend telework sehingga mendesak percepatan pembangunan SDM Indonesia. Terdapat korelasi antara indeks inovasi negara dengan peningkatan GDP per kapita, sehingga harapannya MGI dapat menjadi salah satu katalis inovasi di Indonesia, dengan menginisiasi riset, pelatihan dan mendorong penciptaan teknologi baru,” katanya.
Dari sisi kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa strategi pengendalian pandemi memerlukan kerjasama pentahelix yaitu unsur pemerintah, masyarakat/komunitas, akademisi dan perusahaan.
“MGI diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah dalam penyempurnaan kebijakan terutama di bidang kesehatan publik,” kata Budi Gunadi Sadikin.
Sedangkan Nafsiah Mboi menyoroti pengalaman Indonesia dalam penanggulangan wabah sebelumnya, yaitu dengan adanya kantor kesehatan pelabuhan, jaringan laboratorium dan rumah sakit serta tenaga kesehatan terlatih serta kesiapan Indonesia dalam mengantisipasi wabah di masa depan.
Dia juga menekankan pentingnya kesiapan komunitas.
“Dan tidak sekedar riset secara teoritis, namun juga harus turun ke masyarakat dan melihat fakta lapangan,” ucapnya.
Dalam sektor Polhukam, Prof. Dr. Edward Hiariej berpendapat bahwa alumni LPDP yang telah menikmati keistimewaan memiliki tanggung jawab besar dan mulia untuk menjadi solusi bagi bangsa.
“Sekiranya MGI tidak menjadi orang kritis dan cerdas melihat kekurangan, tapi justru miskin solusi,” katanya.
Sementara itu, Haris Azhar berpesan kepada MGI bahwa memulihkan sebuah bangsa haruslah berkelanjutan dengan bermodalkan metode, konsep dan kejujuran yang benar.
MGI yang adalah bagian dari kaum muda yang akan diuji keberaniannya ketika mengambil resiko demi membawa perubahan dan kemajuan. MGI diharapkan untuk senantiasa berikhtiar dan kreatif karena ini adalah esensi dari proses panjang pemulihan Indonesia.
Dari segi pendidikan, Iwan Syahril berharap MGI sebagai think tank, penerima LPDP diharapkan terlibat dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui riset, kebijakan dan kolaborasi dengan pemerintah.
Sementara Fasli Jalal menjelaskan kondisi pendidikan di masa pandemi yang penuh tantangan, terutama pada pembelajaran daring, yang dikhawatirkan akan berdampak pada apa yang dikenal sebagai learning loss bahkan menjadi generasi yang terhilang (lost generation).
“Sebagai think tank, MGI diharapkan mampu membedah, khususnya tentang higher order thinking skills (HOTS) dan tunjangan guru yang ditingkatkan tidak beriringan dengan kemajuan pendidikan yang menjadi perhatian dalam bidang pendidikan,” tambah Fasli.
Selain pemaparan dari para narasumber ahli, MGI juga mempresentasikan beberapa hasil riset dan alternatif solusi kebijakan untuk mempercepat pemulihan Indonesia di sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, maupun polhukam.
Para anggota MGI merupakan para profesional muda penerima beasiswa LPDP yang telah menyelesaikan studi dari Universitas-universitas terkemuka dunia seperti Harvard University, Columbia University, Duke University, London School of Economics, King’s College London, University of Manchester, Wageningen University dan masih banyak lagi.
Rahmat Kemal, salah satu peserta acara dari Riau, merespon positif peluncuran MGI dan menyampaikan harapan agar MGI dapat menjadi think tank akar rumput yang mampu menjembatani solusi kebijakan publik berkualitas untuk ditindaklanjuti secara serius oleh pemerintah nasional dan daerah.(pangihutan)