KOTA, SIDOARJONEWS.id – Setelah melakukan rapat koordinasi bersama Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin dan dinas terkait di Pendapa Delta Wibawa, Kamis (5/2/2020), tim ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mulai bekerja. Tim ini akan meneliti dan mengkaji Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin yang telah terendam banjir selama dua bulan.
Kepala Pusat Penelitian ITS, Adjie Pamungkas mengatakan, pihaknya mendatangkan ahli dari beberapa bidang untuk meneliti banjir di Tanggulangin. Menurutnya, penelitian yang dilakukan ini dibagi dua. Yakni rapid assessment atau penelitian secara cepat dengan cara pengumpulan data. Serta long term atau penelitian jangka panjang.
“Kami ingin penyelesaiannya nanti tidak hanya ringkas saja, namun secara menyeluruh. Saat ini kami mulai koordinasi,” ujarnya.
Adjie menambahkan, dari hasil diskusi, timnya akan meneliti indikasi penurunan tanah, tata aliran air, serta karakteristik permukiman.
“Hasilnya akan kami kaji secara cepat dan akan kami diskusikan dengan Pemkab Sidoarjo. Selanjutnya menindaklanjuti apa yang harus dikerjakan kedepan, ” imbuhnya.
Sementara itu, ahli geologi ITS, Dr. Ir. Amin Widodo mengatakan belum pernah meneliti kasus banjir seperti yang menimpa dua desa di Tanggulangin.
“Ini merupakan hal baru bagi kami dan ini merupakan penelitian yang menarik,” ungkap Amin Widodo.
Dia menyampaikan, sejatinya pada tahun 2016, pihaknya pernah meneliti kawasan Desa Kalidawir, Kedungbanteng dan Banjarasri. Saat itu timnya mengkaji dampak sosial, penurunan tanah, geofisik serta resiko.
“Saat itu kami menemukan penurunan tanah sekitar delapan senti selama tiga bulan penelitian. Salah satu tanda penurunan tanah ya ngantong seperti ini. Air tidak bergerak kemana-mana. Dulu tidak kok sekarang iya,” ungkapnya.
Ia melanjutkan musim penghujan bukan satu-satunya penyebab banjir, tapi saluran yang ‘tidak karu-karuan’ bisa juga menjadi biang keladinya.
Sedangkan Dosen Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS, Kuntjoro menuturkan, hujan ekstrem bukan penyebab satu-satunya banjir. Ia menduga alih fungsi lahan juga menjadi penyebab banjir di dua desa di Kecamatan Tanggulangin ini.
“Mungkin tambak-tambak sudah berubah hunian. Selain alih fungsi lahan, alih fungsi saluran juga bisa menjadi penyebabnya. Tapi itu masih tahap dugaan. Nanti kami akan melihat ke sana untuk mengumpulkan data,” ungkap pria yang juga Ketua Tim Kajian Cepat banjir di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri ini. (Satria).