KOTA, SIDOARJONEWS.id – Dinas kesehatan kabupaten Sidoarjo melakukan tracing dan rapid test massal berkenaan dengan temuan kasus Covid-19 di Desa Waru Sidoarjo yang cukup tinggi, Senin (18/5/2020). Diketahui di Desa Waru tersebut saat ini tiga wilayah RW sedang dilockdown lokal oleh pemerintah setempat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, drg. Syaf Satriawarman menyebutkan, tiga RW yang saat ini dikarantina wilayah ialah Desa Waru RW 12, 13, dan 14. Menurutnya, saat ini tim tracing sedang memfokuskan di kawasan RW 12. Sedangkan untuk RW sisanya akan dilakukan bergiliran di hari berikutnya.
“500 orang hari ini kita rapid tes, yang ada di RW 12 kita dahulukan khusus. Karena di sana yang begitu gencar. Sisanya besok,” ujarnya kepada sidoarjonews.id saat ditemui di kantor Dinkes Sidoarjo, Senin (18/5) siang.
Syaf menjelaskan, kejadian tersebut bermula saat salah seorang warga menghadiri sebuah acara tahlilan tetangga. Pasca dari tahlilan tersebut, yang bersangkutan meninggal dunia. Menurut Syaf, yang bersangkutan tersebut tidak ada indikasi Covid-19.
“Justru karena itu, yang bersangkutan habis dari tahlilan meninggal itu tidak ada keluhan, tidak pernah di rumah sakit. Jadi langsung dimakamkan keluarga. Tapi setelah itu beberapa hari kemudian dari keluarganya, istri anaknya positif,” jelas Syaf.
Dari situlah kluster Waru dimulai, dimana diketahui ada 15 orang terkonfirmasi positif. Menurut Syaf, tidak hanya 15 yang terkonfirmasi positif, melainkan ada juga 12 orang yang ketika dirapid hasilnya reaktif.
“Bahkan tidak menutup kemungkinan yang reaktif tersebut bisa saja positif tapi bisa juga negatif nanti hasil swabnya,” tuturnya.
Peti Jenazah Covid-19 dibuka
Sementara itu terkait ramainya informasi mengenai warga yang membuka peti mati jenazah Covid dan disalatkan, Syaf mengatakan hal tersebut berbeda lagi. Menurur Syaf kejadian tersebut berada di Desa Pepelegi.
“Jadi beda kasusnya itu, Jl. S. Parman sendiri dan yang Pepelegi itu sendiri,” ucapnya.
Menurutnya untuk yang Pepelegi saat ini timnya sedang melakukan tracing di sekitar kawasan tersebut. Ia membenarkan memang ada kejadian warga yang terkonfirmasi meninggal dan oleh pihak keluarga petinya dibuka.
“Sudah terkonfirmasi benar, peti matinya dibuka, disalatkan dan dimakamkan. Proses pemakamannya dilakukan oleh keluarga dan relawan yang tidak memakai baju hazmat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Syaf menjelaskan bahwa dari kejadian tersebut terbukti 17 orang dari keluarga dan tetangga yang ikut membantu prosesi pemakaman ketika di-rapid hasilnya reaktif. Untuk saat ini, 17 orang tersebut menurut Syaf sedang menunggu hasil swab.
Terkait arahan untuk tidak membuka peti, menurut Syaf, hal tersebut merupakan kewajiban rumah sakit yang merawat untuk memberikan informasi. Namun hal tersebut menurut Syaf belum bisa dijadikan kategori klaster baru karena masih menunggu hasil swab dari 17 orang tersebut.
“Informasi, edukasi itu harusnya diberikan oleh pihak rumah sakit kepada keluarganya. Tapi bisa saja juga dari pihak keluarga yang merasa kalau di peti mati ketika disholatkan kurang sempurna atau bagaimana sehingga dibukalah peti itu,” pungkasnya. (Dimas)