KOTA, SIDOARJONEWS.id — Pandemi Covid-19 berdampak besar bagi perekonomian masyarakat, utamanya warga Sidoarjo. Banyak pekerja yang dirumahkan bahkan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena alasan mengurangi biaya pengeluaran perusahaan di masa pandemi.
Menyikapi fenomena tersebut, beberapa mahasiswa asal Sidoarjo tergerak membentuk gerakan yang berfokus pada bidang sosial masyarakat. Wadah ini diberi Gerakan Pemuda Sidoarjo (GPS).
Awalnya, GPS diinisiasi oleh 3-4 mahasiswa yang kemudian mengajak teman yang lain bergabung. Dari sinilah, mereka berdiskusi dan terbentuk kesepakatan bersama. Kini, GPS beranggotakan 16 orang.
Ketua Gerakan Pemuda Sidoarjo, Faris Nur Afandi mengatakan, merespons masalah sosial yang muncul di masa awal pandemi, Gerakan Pemuda Sidoarjo telah melakukan beberapa kegiatan.
Seperti gerakan berbagi sembako, berbagi masker sebanyak 500 buah secara gratis, bagi-bagi takjil yang bernama gerakan nasi bungkus, dan untuk saat ini sedang berfokus pada gerakan bantuan fasilitas pembelajaran khususnya Sekolah Dasar (SD).
“Semua kegiatan yang kami lakukan adalah open donasi. Kami bagaikan kurir dalam hal kebaikan. Kami bergerak di media sosial seperti Instagram dan Alhamdulillah respon dari masyarakat ‘welcome’ ke kami,” tutur Faris Nur Afandi, Senin (14/9/2020).

Disampaikan Faris, untuk saat ini, Gerakan Pemuda Sidoarjo lebih terkonsep untuk masyarakat di Sidoarjo. Karena memang, anggota GPS yang semuanya berstatus mahasiswa, ingin memberikan kontribusi nyata bagi Sidoarjo. Terlebih dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini.
Faris menambahkan, Gerakan Pemuda Sidoarjo sebenarnya tidak membatasi siapapun untuk bergabung. Namun, melihat adanya pandemi Covid-19 akhirnya mereka memaksimalkan potensi anggota yang ada.
“Belum ada visi dan misi tertulis dari Gerakan Pemuda Sidoarjo (GPS), tetapi ada keinginan dari GPS ini sebagai sebuah perkumpulan pemuda untuk mengembangkan potensi dan gagasan untuk selanjutnya diimplementasikan ke masyarakat secara masif dan lebih terstruktur,” lanjut Faris.
Untuk bertukar pikiran dan gagasan, GPS memanfaatkan tempat tongkrongan. Tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan yang diberlakukan seperti jaga jarak, menggunakan masker, dan tidak melewati batas jam malam.
Faris mengaku terus mengingat pesan kakak tingkat di kampusnya bahwa salah satu indikator keberhasilan suatu pendidikan adalah terciptanya kepekaan sosial di dalam setiap dirinya.
“Bisa dibilang, pesan inilah yang membuat saya mengajak seluruh pemuda, khususnya Sidoarjo, sebagai agent of change untuk selalu melihat permasalahan di sekitarnya,” pungkas Faris Nur Afandi. (Yuni Khoirul Fatimah)