KOTA, SIDOARJONEWS.id – Untuk mencegah meluasnya pandemi covid-19, pemerintah sejak Minggu (5/4/2020 kemarin, telah mengharuskan warga, baik yang sakit maupun sehat untuk memakai masker ketika beraktivitas di luar rumah.
Namun, saat ini, mendapatkan masker bukan sesuatu yang mudah. Beberapa warga di Sidoarjo, mengeluhkan kelangkaan masker. Himah Choirul Rofiah misalnya, warga Tanggulangin Asri ini kesulitan untuk membeli masker.
“Dulu gampang sekali beli masker di minimarket maupun apotik. Masker yang warna hijau itu harganya Rp 2 ribu. Saat ini sama sekali tidak ada,” keluhnya, Selasa (7/4/2029).
Himah mengatakan, dirinya beruntung saat ini masih mempunyai stok masker, meskipun jumlahnya sedikit. “Masih menyimpan lima buah masker sekali pakai di rumah. Kalau habis ya terpaksa beralih ke masker kain yang saat ini lebih mudah dibeli,” imbuhnya.
Tidak hanya warga, tenaga medis pun mengeluhkan sulitnya mendapatkan masker. Salah satunya dr. Yudy Herryantoro yang berdinas di sebuah klinik rawat inap dan bersalin di kompleks Perumahan Citra Garden Sidoarjo.
“Dari lima puluh klinik yang ada di Sidoarjo, semuanya mengeluhkan keterbatasan APD seperti masker. Cara yang kami tempuh ya saling subsidi. Bila ada klinik yang berlebih, ya harus berbagi kepada klinik lain,” terangnya.
Bahkan, dr. Yudy pernah terpaksa mengakali agar masker sekali pakai bisa digunakan kembali. Ia mencopot masker yang dipakainya, kemudian membaliknya lalu mengambil tisu basah jenis alkohol dan menempelkannya di masker kemudian diseterika. Ia memeragakan tangan kanannya seolah seterika.
“Ini cara menghilangkan kuman. Ingat tisu yang jenis alkohol ya. Kemudian bagian luar disemprot dengan cairan disinfektan,” terang dokter yang merupakan ketua umum Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) cabang Sidoarjo.
Di sela sela bercerita, ia mengelus dada serta menghela nafas panjang disertai menggelengkan kepala. Ia menyayangkan langkanya masker di masa pandemi covid-19 seperti saat ini karena taruhannya nyawa. “Bagi pelaku penimbunan, kami harap di hukum setinggi-tingginya,” harap dr. Yudy.
Di kliniknya, bukan hanya ketersediaan masker yang jadi kendala, tapi juga baju APD untuk memeriksa warga dengan gejala mirip penderita covid-19. “Kami bahkan harus memakai jas hujan saat memeriksa warga dengan ciri-ciri korona,” imbuhnya. (Satria).