TRAWAS, SIDOARJONEWS.id — Komunitas Seni Budaya BrangWetan menggelar workshop media bertajuk “Kampanye Toleransi Melalui Media Sosial”, Selasa (27/7/2022).
Acara yang diselenggarakan di Hotel Arayana Trawas, Mojokerto ini merupakan sesi lanjutan dari Lokakarya Toleransi untuk Pelajar dan Pemuda sehari sebelumnya. Keduanya merupakan serangkaian program “Cinta Budaya Cinta Tanah Air Tahap Dua” yang berlangsung hingga tahun 2023.
Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari 30 pelajar dari SMAN 1 Gedangan, MA Nurul Huda Sedati, SMPN 1 Gedangan, SMPN 1 Waru dan SMPN 1 Taman, masing-masing disertai seorang guru pendamping. QJuga 20 peserta dari Organisasi Kepemudaan, yaitu Puwalan, Gema FKUB, GKJW, Pemuda Hindu, Orang Muda Katolik, Pemuda Buddha, Guk Yuk Sidoarjo, Forwas (Forum Wartawan Sidoarjo), Pramuka, IPPNU, IPNU, dan GP Ansor. Serta perwakilan dari Disporapar, Bakesbangpol, Dispursip, Cabang Dinas Pendidikan Jatim di Sidoarjo, dan Disdikbud Kabupaten Sidoarjo.
Melalui acara ini, para peserta diajak agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Sebab, akhir-akhir ini media sosial didominasi oleh konten-konten bernuansa negatif, termasuk pornografi.
Salah satu narasumber, M. Taufik, mengungkapkan mengelola media sosial saat ini sudah menjadi keseharian setiap orang. Membuat media massa tidak lagi harus butuh kantor, karyawan, peralatan canggih, dan modal besar. Hanya saja, dibutuhkan pengetahuan dan kemauan yang memadai serta sikap bijak dalam menyiarkan berita atau materi.

“Memang benar saat ini media sosial saat ini didominasi oleh konten negatif seperti pornografi. Hal-hal yang merusak moral malah jadi viral. Sebab memang Sport, Sex, and Crime masih menjadi konten yang ramai dilihat orang,” ujarnya.
Pria yang juga sebagai Ketua Forum Wartawan Sidoarjo (Forwas) ini menambahkan, untuk membuat konten ramai dilihat bahkan viral tak harus dengan cara-cara seperti itu. Tidak perlu ikut-ikutan membuat konten negatif agar viral. Kalau ada slogan bad news is good news, maka kita harus tetap berpedoman good news is good news.
Hal senada juga disampaikan oleh narasumber lainnya, Heri Prasetyo. Menurutnya, 80 persen konten di media sosial didominasi oleh konten berbau pornografi. Pedoman bad news is good news masih mendarah daging bagi para pembuat konten untuk meraih jumlah penonton banyak.
“Tetapi sebagaimana kata Sunan Kalijaga, keli ning ora keli, artinya kita boleh ikut arus tetapi jangan sampai hanyut,” ujarnya.
Melalui acara lokakarya dan workshop ini, diharapkan para peserta nantinya bisa menjadi pembuat konten yang baik dan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip norma sosial. Sehingga hegemoni konten negatif di media sosial bisa berangsur berubah. (Affendra F)