KOTA, SIDOARJONEWS.id – Tahun ajaran baru pendidikan telah terjadwal pada tanggal 13 Juli mendatang. Dinas Pendidikan Sidoarjo telah melakukan berbagai bentuk persiapan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Asrofi mengatakan, sistem pembelajaran pada tahun ajaran baru nantinya bersifat daring (online).
Asrofi menyebutkan, dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri (Menteri Kesehatan, Menteri pendidikan dan kebudayaan, Menteri agama, dan Menteri dalam negeri) menyebutkan hanya kawasan zona hijau yang boleh mengadakan tatap muka.
“Meski SKBnya belum keluar. Tapi di Jatim gak ada yang hijau. Sidoarjo apa lagi. Kecuali kalau Gugus Tugas sudah menentukan bahwa sudah zona hijau. Nanti sekolah baru boleh mengajukan untuk melaksanakan pembelajaran di sekolah,” katanya, Kamis (18/6).
Menurut Asrofi, nantinya, jam pelajarannya akan dikurangi. Dari yang semula per mata pelajaran biasanya ditempuh 45 menit, dipangkas menjadi 20 menit. Menurutnya, skema pembelajaran daring tersebut juga berlaku untuk sekolah swasta.
“Pegawai dan guru tetap masuk. Guru menjalankan kegiatan mengajar dari sekolah. Muridnya yang dari rumah tapi pakai seragam sekolah. Untuk yang swasta sama, nanti dibuat video pembelajaran pertatap muka. Tetap memaksimalkan daring,” urainya.
Untuk mengatasi plus minus dari kegiatan belajar mengajar yang mana tenaga pendidik tidak bisa mengawasi secara langsung peserta didiknya, Asrofi mengatakan semuanya tergantung pada peserta didik. Untuk sementara ini, menurutnya, pihaknya hanya fokus untuk keselamatan dan kesehatan peserta didik.
“Itukan tergantung dari anaknya. Meski di sekolah kadang juga ada yang bosan. Memang ada plus minusnya. Tapi untuk saat ini kita mengutamakan peserta didik. Bagaimanapun juga mereka generasi penerus kita,” ucapnya.
Terkait akses jaringan sendiri, jika pembelajaran dilakukan secara daring, untuk sekolah menurutnya rata-rata sudah memiliki fasilitas untuk mengakses WiFi. Namun, untuk peserta didik menurutnya, menggunakan fasilitas (paket jaringan) pribadi.
“Masalah subsidi (paket jaringan data untuk siswa yang tidak mampu) itu diliat kemampuan sekolahnya. Karena dana bos sendiri tidak begitu besar,” pungkasnya. (Dimas)