Dua dari 131 PPLN yang Tiba di Juanda Dinyatakan Positif Covid-19

JUANDA, SIDOARJONEWS.id — Sebanyak 131 orang Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) tiba di Bandara Juanda, Sabtu 22 Januari 2022.

Mereka terdiri dari 129 WNI dan 2 orang warga asing.

Begitu tiba di Juanda, semua langsung diperiksa suhu tubuh, registrasi di Surabaya Entry Registration System, penyelidikan endemi dan verifikasi dokumen kesehatan oleh KKP, kemudian pengambilan sampel RT PCR.

Pemeriksaan ini dipantau langsung oleh Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Nurchahyanto, dan Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta.

Dari hasil pemeriksaan, ada dua orang yang positif covid-19. Mereka diantarkan ke RSUD dr. Soetomo untuk perawatan lanjutan.

Sedangkan yang negatif akan langsung diantar ke tempat karantina Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Setidaknya ada lima bus besar telah disiapkan untuk mengangkut mereka menuju tempat karantina di Asrama Haji Surabaya. (Affendra)

Tak Ada Berita Seharga Nyawa, Nasib Jurnalis di Masa Pandemi

KOTA, SIDOARJONEWS.id – Marabahaya Covid-19 terus menghantui di tengah pandemi yang telah berjalan lebih dari setahun ini. Beberapa profesi dihimbau untuk dikerjakan dari rumah masing-masing guna melindungi para pekerja. Namun tidak dengan profesi jurnalis. Ya, para jurnalis masih harus berjibaku memenuhi kebutuhan informasi masyarakat meski resiko terpapar virus Covid-19 ada di depan mata.

Beberapa kawan jurnalis telah berguguran terpapar Covid-19 saat tengah menjalankan kewajibannya. Menunjukkan betapa nyatanya bahaya yang meliputi tugas mulia tersebut. Kini, selain fokus menggali berita yang hendak disampaikan kepada masyarakat, para jurnalis juga harus melakukan proteksi diri secara mandiri kala ia meliput berita.

Salah satu bentuk proteksi diri tersebut ialah dengan menjalankan protokol kesehatan selama melakukan peliputan.

“Selain dari sisi jurnalisnya, dari sisi perusahaan media juga harus peka dengan kondisi ini. Kawan-kawan jurnalis ini perlu dibekali dengan masker, hand sanitizer, bahkan face shield agar terjamin keamanannya saat liputan di lapangan. Sebab tidak ada berita seharga nyawa,” ujar Eben Haezer, Ketua Aliansi Jurnalis Independen Surabaya, Selasa (20/4).

Selain itu, pemanfaatan teknologi digital dalam menggali berita juga menjadi solusi di tengah pandemi ini. Melakukan wawancara melalui panggilan suara Whatsapp atau secara tertulis di chat jauh lebih aman untuk dilakukan.

“Selama narasumber bisa dihubungi, kami menganjurkan wawancaranya dilakukan jarak jauh. Itu yang paling aman saat ini,” ujarnya.

Sebenarnya pemanfaatan teknologi digital tidak hanya berkaitan dengan menggali berita semata. Dalam hal publikasi, teknologi digital saat ini tengah naik daun. Banyak perusahaan media cetak yang pada akhirnya beralih menjadi media digital.

“Transformasi ini sebenarnya bukan dampak pandemi. Memang saat ini sudah eranya media digital. Era dimana masyarakat bisa mengakses beragam informasi dari genggamannya,” ujarnya.

Era media digital ini juga membawa perubahan besar terhadap ritme kerja para jurnalis. Kalau di media cetak, berita yang ditulis oleh para jurnalis akan tayang keesokan harinya, tapi di media digital berita tersebut dituntut tayang beberapa jam setelah peliputan.

Menurut Hadi Santoso, Pemimpin Redaksi (Pemred) portal berita online, www.sidoarjonews.id, kecepatan penulisan dan penayangan sebuah berita menjadi satu hal penting di media digital.

“Tergantung urgensitasnya. Kalau berita tersebut sangat penting maka tidak perlu menunggu lengkap bisa segera ditayangkan, baru disusul informasi tambahan lainnya. Tapi kalau tidak, jurnalis bisa menulis lebih indepth terlebih dahulu,” jelasnya.

Artinya, meski faktor kecepatan itu penting, namun kualitas penulisan juga tetap tidak boleh diabaikan. Selain itu, skill yang harus dimiliki oleh para jurnalis saat ini juga lebih beragam. Seorang jurnalis tidak hanya dituntut untuk bisa menggali berita dan menuangkannya dalam bentuk tulisan saja, namun juga harus bisa mewujudkan berita tersebut dalam bentuk visual di waktu yang sama.

Jadi jurnalis saat ini harus bisa cari berita, menulis, mengoperasikan kamera, membuat video, hingga menjadi reporter di depan kamera sekaligus. Skill-skill ini yang dibutuhkan jurnalis di era digital ini.

Berat? Memang berat. Namun inilah tuntutan zaman. Mereka yang tak mau beradaptasi harus rela tertinggal di belakang. (Affendra F)

Nakes Terpapar Covid-19 di Sidoarjo Bertambah 9 Orang

KOTA, SIDOARJONEWS.id – Jumlah tenaga kesehatan (nakes) di Sidoarjo yang terpapar Covid-19 kembali bertambah. Sebelumnya, dikabarkan ada 19 orang yang sedang dalam perawatan. Kini,  menjadi 28 orang, atau bertambah 9 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, drg. Syaf Satriawarman mengatakan, adanya penambahan tersebut setelah pihaknya melakukan penelusuran ulang di lingkup RSUD Sidoarjo.

“Di Sidoarjo ada 3 nakes (tenaga kesehatan) yang meninggal, 2 perawat dan 1 dokter. Kalau jumlah terpapar di rumah sakit jumlahnya cukup tinggi. Kalau pak direktur kemarin bilang 19, setelah kami telusuri ketemu 28 orang. Itu yang konfirm dan saat ini sedang dirawat,”  ujar Syaf di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo, Rabu (24/6).

Sementara untuk nakes di Puskesmas se-Sidoarjo, Syaf menyebut setidaknya ada 11 orang yang reaktif setelah di rapid-test. Setelah di uji swab, tiga orang dinyatakan konfirm. Namun, saat ini sudah sembuh.

“Yang dari puskesmas itu sudah sembuh, hasil swab sudah negatif. Nakes ini untuk yang dokter rata-rata kerja di UGD untuk yang di RSUD. Saat ini yang masih dirawat untuk dokter ada 9. Sisanya ada yang dari perawat, supir ambulan, tenaga analis,” tuturnya.

Syaf menjelaskan, teknis penularan pada nakes tersebut terjadi antar perorangan. Penularan tersebut bisa jadi dikarenakan APD, atau penerapan protokol dan SOPnya.

Syaf menambahkan, merujuk pada hasil swab, nakes yang bertugas di UGD, rata-rata hampir separuhnya terpapar. Karenanya, menurutnya berarti ada yang salah dengan penerapan di UGD tersebut.

“Ternyata setelah kami telusuri itu, memang orang-orang yang tanpa rujukan (berobat) itu masuk sediri. Ternyata merupakan orang positif. Nah itu akhirnya berpengaruh. Mulai dari satpam, admin, sampai ke dokternya. Untuk satpam sendiri memang belum ada laporannya, tapi mungkin kalau reaktif bisa jadi iya,” ungkapnya.

Plt. Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan, Pemkab Sidoarjo masih akan mengevaluasi seluruh kinerja para nakes yang bertugas dalam penanganan covid.

Menurutnya, tugas para nakes sangatlah berat. Sebab bersentuhan dan terlibat langsung dalam penanganan pasien. Sehingga, kemungkinan untuk terpapar virus tersebut memang sangatlah tinggi.

“Saat orang-orang semua takut, mereka mengorbankan diri untuk terjun langsung. Senantiasa mengobati dan merawat mereka. Jadi yang kita lakukan ya itu tadi, mengevaluasi kenapa jumlahnya bisa sampai segitu. Kalau kebutuhannya memang kurang, kita lengkapi semuanya seperti APDnya,” ujarnya. (Dimas)