KOTA, SIDOARJONEWS.id – Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di wilayah Kabupaten Sidoarjo, sudah berlangsung sejak 28 April lalu. PSBB diterapkan untuk menekan angka sebaran Covid-19. Diantaranya mewajibkan warga mengenakan masker saat keluar rumah, hingga pemberlakukan jam malam.
Namun kondisi di lapangan, masih ada warga yang melanggar ketentuan dalam penerapan PSBB. Tidak jarang masih ada warga yang nongkrong saat penerapan PSBB di Sidoarjo.
Hal ini menyebabkan aparat keamanan terpaksa melakukan tindakan tegas dengan membubarkan kerumunan maupun memberikan sanksi kepada yang terbukti melanggar ketentuan dari PSBB.
Menanggapi hal ini, Ketua Komisi A DPRD Sidoarjo, Subandi mengatakan tim gugus tugas kabupaten sudah membentuk relawan di tingkat desa. Menurut Subandi, relawan di tingkat desa harus lebih aktif agar bisa lebih memudahkan bentuk pelayanan dan pelaporan.
“Desa harus lebih diaktifkan untuk memudahkan bentuk pelayanan dan pelaporan tingkat desa sesuai protokal kesehatan,” ucap Subandi kepada sidoarjonews.di, Minggu (3/5).
Menurut Subandi, relawan di tingkat desa memang sudah ada, akan tetapi masih belum terlibat secara aktif.
“Relawan desa belum begitu aktif, bagaimana bisa mengawasi masyarakat yang kebanyakan urban keluar masuk PSBB, disisi lain juga kelihatan banyak warung buka mas jam 9 malam ke atas,” katanya.
Senada dengan Subandi, ketua komisi D DPRD Sidoarjo, Dhamroni Chudlori menegaskan, untuk penyadaran masyarakat terkait penerapan PSBB serta pentingnya peran masyarakat dalam memutus sebaran mata rantai Covid-19 dibutuhkan peranan secara masif dari relawan di tingkat desa atau kecamatan.
“Memang susah mas. Butuh waktu untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Perlu peranan penting dari relawan di tingkat desa atau kecamatan untuk melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat,” tegasnya.
Dhamroni mencontohkan seperti halnya yang terjadi di kawasan Tulangan ketika hari bergerak sore jelang buka puasa. Menurutnya, ada banyak masyarakat yang masih keluar rumah untuk mencari menu takjil dan masih banyak juga yang berdagang di sekitar kawasan tersebut.
“Kita tidak bisa menyalahkan, karena itu hak mereka, sebagian dari mereka membutuhkan pemasukan juga untuk menunjang perekonomian mereka. Tapi sekali lagi memang peranan relawan di tingkat kecamatan dan desa itu penting untuk pemahaman tentang pentingnya memutus mata rantai sebaran Covid ini,” ujarnya. (Dimas)