TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id – Pembatalan sistem buka tutup pasar tradisional di Sidoarjo selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), direspons bagus oleh pedagang. Termasuk juga warga.
Beberapa pedagang mengaku lega dengan keputusan pemerintah tersebut. Parmanto, salah satu pedagang sayur di Pasar Porong mengatakan, sejak wabah Corona merebak, omzet dagangannya menurun drastis hingga 70 persen.
“Apalagi saat pasar sehari buka sehari tutup, pemasukan menjadi minim,” ujar Parmanto, Senin (18/5/2020).
Hal senada juga diungkapkan Saiful, warga Kesambi Porong. Ia merupakan pedagang sayur keliling atau yang biasa disebut mlijo. Dia mengaku setiap hari kulakan sayur di Pasar Porong.
“Kalau pasarnya tutup saya, ya tidak berjualan. Tidak bisa berbelanja di pasar lain, karena sudah lama saya kulakan disana. Sudah ada langganan,” ujar Saiful.
Tentu saja, bila mlijo tidak berjualan, ibu rumah tangga yang akan kelimpungan. Sebab, keberadaan mlijo adalah ‘kebutuhan pokok’ karena setiap hari mereka berbelanja aneka lauk dan sayur pada pedagang keliling ini.
Karenanya, beberapa warga juga mengaku senang dengan pembatalan kebijakan pasar buka tutup sehari tersebut.
Rini Susanti, warga Perumahan Tanggulangin Asri mengatakan, saat mlijo libur mengikuti pasar, ia terpaksa menyetok sayur mayur agar cukup digunakan dua hari.
“Kalau ada kebutuhan tambahan mendadak ya repot, karena mas-mas mlijo libur serentak. Mau belanja ke Pasar Larangan juga jauh,” ujar Rini.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan, sistem buka tutup pasar memang malah membuat pembeli bergerombol.
“Cara ini memang tidak efektif diterapkan. Maka dari itu, sejak hari Sabtu lalu, sistem buka tutup pasar dihentikan. Sekarang pasar terus buka dengan pengaturan jam operasional,” jelas Nur Ahmad Syaifuddin.
Cak Nur, panggilan akrab Nur Ahmad Syaifuddin menjelaskan, awalnya sistem yang akan dipakai adalah sistem ganjil genap bagi para pedagang pasar agar kerumunan pembeli bisa dihindari. (Satria).