KOTA, SIDOARJONEWS.id — Semua pabrikan motor hampir setiap tahun mengeluarkan varian maupun model baru. Tetapi semua motor gres itu tidak membuat Bolong (55) tertarik. Ia justru melirik motor besutan lawas dengan mesin 2 tak.
Menurut pegawai Bagian Umum Lapas Kelas II A Sidoarjo ini, motor 2 tak punya tarikan yang yahud. Apalagi, perawatannya juga gampang.
Saat memasuki rumahnya dengan halaman yang luas di Jalan Teuku Umar Gg II Sidoarjo, di sisi kanan terlihat koleksi motor lawasnya. Ada 25 motor lawas. Tak hanya di satu lokasi saja, Bolong juga menyimpan motornya di gudang.
Menurutnya, cikal bakal ketertarikannya menjadi kolektor motor lawas, berawal dari mencoba motor lawas milik temannya. “Dulu teman-teman saya banyak yang pakai Suzuki A 100. Setelah saya coba kok enak, kemudian saya tertarik,” ungkap pemilik nama asli Sida Indaryanto ini.
Namun, motor lawas yang pertama kali dia beli bukanlah A 100. Melainkan Suzuki TRS besutan tahun 1991 yang dibelinya pada 2011. Bolong kemudian membeli Suzuki A 4 produksi tahun 1972 dengan harga Rp 1,5 juta. Ini harga beli paling tinggi diantara koleksi motornya.
“Setelah itu saya keblabasan beli motor lawas,” ujar suami Ning Haryuni ini diiringi tawa.
Dari semua koleksinya, dia mengaku jatuh hati kepada Suzuki A 2 produksi tahun 1968 dengan cat yang masih orisinil. Dia mengaku telah mengajak ‘pacarnya’ ini keliling Jawa Timur.
“Kalau naik Bromo sih sering. Ke Sendang Biru Malang lewat Balekambang juga sudah beberapa kali,” kenang bapak dua anak ini.
Bolong biasanya touring dengan rekan sesama pecinta motor lawas. Dia mengisahkan, saat turun dan naik di Jurang Mayit, jalan yang sangat curam menuju Pantai Balekambang, motor Suzuki A 2 nya melewatinya dengan enteng. “Itulah kelebihan motor 2 tak, tarikan sangat enteng dan bertenaga,” imbuhnya.
Mempunyai koleksi 25 motor lawas tak membuat Bolong lantas kehabisan waktu merawatnya. “Perawatan motor 2 tak gampang saja. Meskipun lama tidak terpakai tinggal, buka karburator dan semprot pakai bensin pasti hidup mesinnya,” ujar ASN dengan golongan III B ini.
Kendalanya adalah ketika motornya kebetulan rewel. Sebab, suku cadang motor lawas memang tidak bisa langsung bisa dibeli di toko. Bolong mengaku gampang-gampang susah mencarinya. Dia sering mendapatkannya dari anggota komunitasnya maupun membeli lewat online. Kini, meski telah memiliki 25 motor lawas, tetapi Bolong masih bersemangat untuk terus menambah koleksinya. (satria)