KOTA,SIDOARJONEWS.id – Tingginya angka stunting pada anak, menjadi tantangan tersendiri di Indonesia. Tak terkecuali Sidoarjo. Apalagi, data Dinas kesehatan Jawa Timur mencatat, Kabupaten Sidoarjo menduduki kasus tertinggi stunting di Jatim, terupdate sebesar 27,3 persen.
Di tahun ini, desa-desa prioritas dalam pencegahan kasus stunting ada di 8 kecamatan. Yakni di Kecamatan Gedangan, Jabon, Tarik, Taman, Candi, Sidoarjo, Tulangan, dan Sedati.
Tingginya masalah gizi ini jadi salah satu fokus program kerja pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo, Kelana Aprilianto-Dwi Astutik jika diamanahkan menduduki kursi pendopo di Pilkada Sidoarjo 2020. Stunting menjadi perhatian paslon bupati-wakil bupati nomor urut 3 ini.
“Menjadi PR besar bagi saya dan Pak Kelana untuk mencegah kasus stunting. Kita tahu, kasus stunting di Sidoarjo sangat tinggi, maka dari itu kami akan mengedukasi secara masif kepada masyarakat,” ujar Dwi Astutik, Kamis (15/10)
Langkah konkret Kelana-Dwi Astutik yakni menyinergikan setiap kegiatan Posyandu dengan puskesmas untuk memberikan penyuluhan, khususnya pada ibu hamil.
“Stunting dimulai sejak dalam kandungan sampai 1.000 hari umur anak atau sekitar 2 tahun. Maka dari itu, kami akan sinergikan antara posyandu dan puskesmas. Selain itu kami juga akan menggandeng Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Organisasi PKK, bahkan lewat para Nyai yang bisa menyelipkan edukasi saat pengajian,” jelas Dwi Astutik.
Ditambahkan Dwi Astutik, program percepatan pencegahan stunting yang ingin diwujudkan, dilakukan secara bersama-sama. Diantaranya komitmen pemimpin, kampanye perubahan perilaku, konvergensi program, akses pangan bergizi, pemantauan dan evaluasi program. Jika semuanya berjalan, diharapkan angka stunting bisa menurun, bahkan tidak ada di Kota Delta.
Pasangan Sidoarjo Makmur ini juga menyoroti pentingnya pasokan air bersih yang berperan dalam pencegahan stunting. “Stunting ini kan urusan gizi, jadi memang kita harus mencukupi gizi mulai dari ibu hamil, sampai bayi itu harus diimunisasi, diperhatikan pertumbuhannya, Bagaimana dengan air bersihnya,” pungkasnya.
Dwi Astutik yang juga tokoh Dewan Pendidikan Jawa Timur ini berpesan, meski stunting bukan termasuk penyakit, tetapi stunting tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dia menjelaskan, anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibanding anak yang tumbuh optimal. Selain itu stunting juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami berbagai penyakit kronis ketika dewasa, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Sebagai informasi, stunting sendiri dapat disebabkan oleh faktor genetik, sanitasi yang kurang baik, serta kurangnya asupan nutrisi selama kehamilan. Meski begitu stunting dapat dicegah sejak dini bahkan sejak masa kehamilan. (Adrian)