KOTA, SIDOARJONEWS.id — Pembelajaran daring (dalam jaringan) sudah berlangsung sejak tujuh bulan lamanya. Perubahan sistem pembelajaran daring ini benar-benar dirasakan oleh siswa, orang tua, dan guru.
Bukan tanpa alasan, sistem daring atau online dipilih oleh Pemerintah. Tujuannya untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 agar tidak semakin meluas. Termasuk di Sidoarjo, Jawa Timur.
Kini, dengan beberapa kecamatan di Sidoarjo sudah mulai memasuki zona kuning, ada rencana sekolah akan kembali digelar secara tatap muka.
Sebelumnya, Komisi D DPRD Sidoarjo juga meminta Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo untuk terus mematangkan persiapan konsep sekolah tatap muka dengan mengutamakan protokol kesehatan.
Rencana digelarnya sekolah tatap muka di Kota Delta inipun mendapat perhatian dari beberapa pemerhati pendidikan. Achmad Irfandi yang menjadi pembicara webinar Merdeka Belajar Anak di Era Pandemi menyebut rencana tersebut bagus.
“Menurut saya rencana dibukanya sekolah tatap muka itu bagus karena sudah ada pertimbangan matang dari pemerintah dan para ahli. Nah, tugas kita adalah memastikan semua sehat dan protokol kesehatan terjamin,” ujar Achmad Irfandi, Senin (9/11).
Secara pribadi, Achmad menyebut adanya simulasi sekolah tatap muka dengan mematuhi protokol kesehatan sangat diperlukan dengan aturan yang benar, konsisten, dan tetap memperhatikan kondisi siswa.
“Hal ini bertujuan agar sekolah tidak hanya mementingkan kurikulum pendidikan, tetapi kesehatan siswa lebih utama,” sambung pelopor Yayasan Kampung Lali Gadget (KLG) di Sidoarjo ini.
Ketika tampil sebagai pembicara webinar Merdeka Belajar Anak di Era Pandemi, Achmad Irfandi menegaskan, pembelajaran daring yang saat ini masih berjalan, sangat tepat untuk menggaungkan merdeka belajar dan dimanfaatkan sebagai alat memerdekakan cara belajar. Tentu dengan pendampingan dari orang tua.
“Kita ga bisa menyalahkan sesuatu yang tidak bisa berjalan dengan tidak efektif karena ini bencana wabah. Kita harus berpikir maju dan mengambil setiap keuntungan dari situasi sulit ini,” sambung Achmad Irfandi.
Dia juga meminta para guru agar tidak egois memaksakan siswa untuk mengerjakan tugas yang terbilang banyak. Bahwa, tidak semua mata pelajaran bisa diberikan kepada siswa yang memungkinkan siswa menjadi stress. Guru dan pimpinan harus menyesuaikan pola penugasan dan yang terpenting siswa tetap sehat dan tidak stress.
“Kita harus berpikir seimbang, komprehensif, dan holistik. Sistem daring (online) dan luring (tatap muka) ini juga sebuah kebijakan yang menguras anggaran dan tidak mungkin kita kesampingkan juga. Yang terpenting anak-anak sehat, masyarakat sehat, dan pendidikan pun juga harus sehat,” pungkasnya. (Yuni KF)