KOTA, SIDOARJONEWS.id – Sayur menjadi salah satu bagian dari menu makanan yang wajib dikonsumsi setiap harinya. Sebab sayuran memiliki kandungan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan bugar.
Namun, penanaman sayur yang kerap menggunakan pestisida kimia membuat para konsumen was-was. Apalagi banyak bermunculan informasi tentang bahaya mengkonsumsi sayuran berzat kimia.
Untuk itu, produk sayur hidroponik muncul sebagai solusi atas kekhawatiran konsumen.
Sayur hidroponik memiliki beberapa perbedaan dibandingkan sayur biasa.
Arief Prayogo, Founder Wakaya Farm, salah satu produsen sayur hidroponik di Jawa Timur, menjelaskan beberapa perbedaan sayur hidroponik dengan sayur biasa.
“Dari media tanamnya sudah berbeda. Sayur biasa ditanam menggunakan tanah sebagai media tanamnya, sedangkan sayur hidroponik hanya menggunakan air,” ujar Arief Prayogo, Minggu (6/9).
Perbedaan media tanam ini membuat treatment yang dilakukan pun berbeda.
Sayur hidroponik membutuhkan perhatian yang lebih dari pada sayur biasa. Agar pertumbuhan bisa maksimal, petani sayur hidroponik harus memperhatikan kadar pupuk AB mix di dalam air yang menjadi media tanamnya.
“Kadarnya sesuai dengan usia tanaman. Jadi beda-beda. Ini yang kadang bikin petani sayur hidroponik tidak telaten,” ujarnya.
Cara mengatasi hama dan penyakit pun berbeda. Sayur biasa umumnya menggunakan pestisida kimia untuk menghalau hama pada sayurannya. Sedangkan sayur hidroponik produk Wakaya Farm ini sama sekali tidak menggunakan zat kimia. Sebagai gantinya, mereka gunakan air cabai dan bawang untuk mengusir hama seperti ulat dan wereng. Dengan tidak adanya unsur kimiawi pada sayuran, membuat sayur hidroponik lebih aman dikonsumsi.
Perawatan yang lebih menguras tenaga dan perhatian pada sayur hidroponik terbayar dengan hasil yang memuaskan. Hasil sayur hidroponik memiliki fisik yang lebih besar dan warna yang lebih segar. Selain itu daya tahan sayur hidroponik juga lebih bagus dari pada sayur biasa.
“Sayur hidroponik bisa tahan hingga 2 minggu disimpan di suhu lemari es. Kalau sayur biasa pasti sudah layu. Rasanya juga berbeda, sawi hidroponik rasanya ada manis-manisnya,” tutur pemuda yang kerap memberi edukasi hidroponik di kampung-kampung ini.
Memang secara harga, sayur hidroponik dibanderol lebih mahal dari pada sayur biasa. Namun melihat kualitas sayur hidroponik, kini banyak orang memburunya. Terutama mereka yang sangat peduli dengan kesehatan. (affendra firmansyah)