KOTA, SIDOARJONEWS.id – Selama masa pandemi ini, pasar tradisional jadi sorotan karena selalu jadi tempat berkerumunnya banyak orang. Apalagi, sempat ditemukan pedagang di pasar tradisional di Sidoarjo yang terpapar Covid-19.
Merespons hal tersebut, Kepala Dinas Perdagangan (Kadisperindag) Kabupaten Sidoarjo, Tjarda menyebut tidak sepatutnya jika pasar divonis sebagai episentrum persebaran Covid-19. Menurutnya, tidak sepantasnya jika pasar tradisional dijadikan perbandingan dengan pasar modern layaknya swalayan dan minimarket.
“Tiap kali ada pemberitaan, pasar itu seolah-olah menjadi episentrum persebaran covid. Kalau misalkan kurang patuh, saya sependapat. Kalau dibandingkan dengan toko modern atau swalayan. Itu berbeda,” katanya saat ditemui seusai rapat di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo, Kamis (18/6).
Tjarda menyebutkan, dari 16.835 pedagang di seluruh kabupaten Sidoarjo, memang baru 799 yang telah menjalani rapid test. Baru sekitar 5 persen menurutnya.
“Mau dirapid aja mereka takut kayak yang di Pasar Taman. Seluruh pedagang di Sidoarjo yang sudah melakukan rapid itu hanya 799,” ungkapnya.
Tjarda mengatakan, jika memang harus di-rapid test, maka dirinya meminta untuk memprioritaskan pedagang yang berusia 45 tahun keatas. Hal itu dikarenakan, usia itulah yang paling rentan. Menurutnya, jumlahnya sekitar 3 ribuan.
“Tapi ini penekanan saya, kalau pasar diklaim sebagai episentrum, total jumlah pasien yang positif diSsidoarjo seribu. Pedagang itu yang positif baru 13. Artinya meski pasar itu tempat kerumunan massa, jangan diklaim kalau pasar itu jadi episentrum,” tegasnya.
Lebih lanjut, Tjarda mengatakan, sekitar 120 pedagang di Pasar Wadung Asri telah menjalani rapid test. Hasilnya terdapat 11 pedagang ditemukan reaktif. Di pasar Wadung Asri sendiri menurutnya belum pernah ada kasus positif sebelumnya.
“Besok kan PCR di GOR sudah operasional, mereka akan diswab. Semoga saja kayak kasusnya yang di Taman. Ada 8 reaktif kemudian diswab negatif semua,” pungkasnya. (Dimas)