TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id — Pandemi Covid-19 di Sidoarjo menghantam sektor perekonomian warga. Sektor industri kecil dan menengah seperti Intako (Industri Tas dan Koper) dan para pengrajin tas di Tanggulangin, mengalami penuruman omzet secara drastis kala pandemi.
Ketua Intako, Junaedi mengatakan, normalnya dalam satu bulan Intako bisa meraup keuntungan sebesar Rp 300 juta.
“Saat pandemi, (untung) Rp 30 juta saja susahnya minta ampun,” ujarnya, Sabtu (12/12/2020).
Akibatnya, ia harus melakukan efisiensi sebesar mungkin agar roda bisnis Intako tetap berjalan.
Dampak pandemi juga dirasakan oleh pengrajin tas di Desa Kedensari, Tanggulangin. Salah satunya Hadi. Ia mengalami penurunan omzet secara drastis. Sebab pesanan tas semakin sedikit akibat sepinya toko-toko tas. Selama ini, mereka memang mengandalkan penjualan langsung.
“Sebagian besar pengrajin tidak bermain di pemasaran online. Jadi mengandalkan orderan dari toko-toko yang berjualan di pinggir jalan,” ujarnya.
Melihat kondisi yang memprihatinkan tersebut, Kelompok 01 KKN Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya tergerak untuk membantu para pengrajin tas keluar dari kepelikan masalahnya.
Langkah pertama yang dilakukan oleh 15 mahasiswa-mahasiswi dari Fakultas Ekonomi dan Hukum tersebut adalah menggelar work shop terkait pemasaran digital dan HKI.
“Work shop ini tujuannya untuk memberikan wawasan praktis terkait pemasaran digital yang realistis untuk dilakukan oleh pengrajin tas. Kami menghadirkan narasumber yang expert di bidang pemasaran digital,” ujar Ina Rosmaya, dosen pembimbing kelompok 1 KKN Ubhara.

Narasumber yang dimaksud adalah Reza Zamir. Dia merupakan konsultan bisnis di Syarihub dan Product Owner di PT Telkom Indonesia.
“Setelah work shop, mahasiswa kami akan membantu pengrajin tas dan Intako untuk foto produk yang menarik bagi konsumen. Foto produk tersebut sangat penting guna menarik pelanggan di marketing digital,” ujar dosen HKI ini.
Apa yang diberikan oleh para mahasiswa Ubhara ini memang masih dasar dari marketing digital. Namun, dari dasar tersebut, para pelaku industri tas bisa mengembangkan sendiri lebih lanjut.
Hal ini dikarenakan waktu KKN yang terbatas. Lagi-lagi akibat pandemi, KKN yang diberlakukan Ubhara adalah KKN tematik, bukan KKN reguler.
Meski demikian, para pelaku industri tas di Desa Kedensari berterima kasih atas wawasan yang diberikan. Mereka bersemangat untuk mulai menggunakan teknologi informasi guna meningkatkan penjualannya serta terbebas dari permainan harga tengkulak tas. (Affendra)