KOTA, SIDOARJONEWS.id — Corak pada kain batik tidak hanya sekadar motif dengan fungsi dekoratif. Namun, corak mempunyai filosofi mendalam. Ia menyimpan sejarah sekaligus pesan yang kuat.
Makna filosofis corak pada kain batik itulah yang membuat salah satu perajin sekaligus pegiat batik tulis di Sidoarjo, Nurul Huda, tertarik untuk menekuni dunia batik.
Nurul Huda mempunyai garis keturunan dari Kampung Jetis yang syarat dengan sejarah batik tulis di Kota Delta. Dia menuturkan, corak atau gambar pada kain batik seringkali menyiratkan sejarah perkembangan kota setempat.
“Kalau batik Sidoarjo kental dengan tiga corak. Yakni beras wutah, kembang tebu dan udang bandeng,” terangnya.
Pemilik batik tulis Al Huda ini menerangkan, sejarah batik tulis di Sidoarjo berbarengan dengan berdirinya Masjid Al Abror pada tahun 1670 an di Kampung Kauman yang berdekatan dengan Kampung Jetis. Corak beras wutah menyiratkan pada masa lalu Sidoarjo merupakan produsen beras yang unggul. Tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam kota, tapi juga dikirim keluar pulau.
“Hal itu bisa ditelusuri dengan adanya situs kuno beberapa penggilingan padi,” jelas Nurul Huda.
Begitu juga corak kembang tebu. Di Sidoarjo, hingga kini ada lima pabrik gula yang masih kokoh berdiri. Sedangkan corak udang bandeng menggambarkan bahwa Sidoarjo adalah kota dengan hasil perikanan yang melimpah. Tambak-tambak tersebar di beberapa wilayah Sidoarjo Timur.
“Hampir semua produk batik saya terdapat satu dari tiga corak tersebut,” ujar pengrajin yang juga dosen pertanian ini.
Huda menambahkan, salah satu ciri khas lain yang kuat adalah corak kembang bayam dengan latar belakang cerita Sidoarjo penghasil sayur mayur.
Selain itu, Huda juga seringkali membuat gambar hewan pada batiknya. Salah satunya adalah kupu-kupu yang mempunyai filosofi mendalam.
“Kupu-kupu berawal dari ulat yang semua orang hampir membencinya. Namun kemudian berubah menjadi kepompong dan menjelma menjadi kupu-kupu yang indah. Semua orang menyukai kupu-kupu. Makanan mereka pun nikmat. Dari sari madu bunga,” ujar bapak tiga anak ini.
Melihat laju perkembangan batik tulis, Huda mengaku bangga. Sebab, kini semakin banyak masyarakat yang menggemari batik, khususnya batik tulis. Salah satu pecinta batik yang kemarin berkunjung ke tokonya di Perumahan Sidokare Asri adalah pasangan Ahmad Muhajir dan Sri Nanik. “Memakai batik tulis itu adem, nyaman serta percaya diri,” ujar Nanik. (Satria).