CANDI, SIDOARJONEWS.id – Bagi Novita Sechan (40 tahun) melukis bukan semata pilihan menentukan bentuk dan warna. Melukis adalah sarana terapi dan kontemplasi diri.
Kecintaan Novita pada dunia lukis sudah tertanam sejak dirinya masih anak-anak. Ia telah menggeluti dunia lukis sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Kala itu, ia mulai belajar di sebuah sanggar lukis di Surabaya. Lantas, pada jenjang menengah atas, Novita menentukan pilihan belajar di SMA Seni Rupa. Hingga, melanjutkan pendidikan di IKIP Surabaya dengan jurusan yang sama, seni rupa.
“Dari awal melukis saya menyukai pemandangan. Namun bila melukis obyek seperti benda maupun orang, bisa saja naturalis maupun realis. Perjalanan seniman pasti ingin mencoba banyak hal. Pasti ada tahapan-tahapannya. Dari pengenalan warna, benda, serta anatomi tubuh manusia,” terang Novita kepada Sidoarjonews.id, Rabu (6/5/2020).
Menurut warga Perumahan Griya Candi Asri Sidoarjo ini, ketika memutuskan menjadi seniman, pada akhirnya seseorang harus menentukan passion, selera serta kesenangan sendiri.
“Saya akhirnya memutuskan melukis menggunakan pisau palet dengan aliran lukis impresionisme,” imbuh Novita.
Baginya, melukis menggunakan palet (alat lukis semacam cetok berukuran kecil) bisa menimbulkan gradasi warna dan bentuk yang asyik dan berbeda.
Saat melukis, karena saking asyiknya, Novita mengaku bisa betah berjam-jam dan melupakan waktu. Meski, rasa bosan kadangkala menyergap. Bila sudah seperti itu, ia mempunyai cara jitu untuk mengatasinya. Yaitu dengan membaca buku soal seni rupa, melihat foto-foto pemandangan serta membaca artikel tentang maestro seni rupa.
“Seringkali saya berkunjung dan berdiskusi ke rumah teman-teman seniman. Melihat mereka melukis, membuat tangan saya gatal ingin melukis,” ucap Novita diiringi tawa.
Bagi Novita, semua bidang seni termasuk seni lukis bisa berfungsi sebagai sarana terapi pelakunya. Novita merasakannya langsung. Dengan melukis, ia bisa meluapkan emosi sekaligus menuangkan ide. Ada tempat untuk menyalurkan.
“Saat kita jenuh, sedih atau marah kepada seseorang, saya melukis. Saya ikuti gerakan-gerakan tangan ini. Itu nanti akan turun sendiri tingkatan emosinya,” tutup Novita. (Satria).