KOTA, SIDOARJONEWS.id – Kabupaten Sidoarjo genap berusia 163 tahun pada 31 Januari kemarin. Momen hari jadi itu menjadi pengingat, bahwa Sidoarjo masih memiliki pekerjaan rumah di beberapa sektor. Salah satunya seni dan budaya.
Ya, di masa lampau, Kerajaan Jenggala berada di sini. Latar belakang sejarah ini membuat Sidoarjo memiliki warisan seni dan budaya khas. Namun sayang, sampai hari ini Pemerintah Kabupaten Sidoarjo terlihat belum fokus ke arah sana.
Seniman kawakan sekaligus Ketua Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda), Ali Aspandi menyampaikan, sampai sekarang narasi bahwa Sidoarjo adalah kota seni budaya belum bergaung sekeras kota industri dan UMKM.
“Dari anggaran saja, APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Sidoarjo yang tahun ini sebesar lebih dari Rp 5 triliun. Sedangkan untuk pos seni dan budaya hanya Rp 300 juta setahun,” ujarnya kepada sidoarjonews.id.
Padahal, sambung dia, bila berkaca pada Yogyakarta, Bali, Jember, dan lainnya, ketika seni budaya difokusi bisa mendongkrak perekonomian warganya.
Untuk itu, Dekesda merekomendasikan bahwa sudah saatnya sektor seni dan budaya diseriusi oleh Pemkab Sidoarjo. “Sejauh ini, Dekesda sudah berusaha seoptimal mungkin. Lebih dari 60 program telah kami jalankan,” imbuhnya.
Namun, Ali menyebut, bagaimanapun juga, upaya untuk mengembangkan seni dan budaya di Sidoarjo tak bisa dibebankan pada Dekesda seorang diri. Butuh dukungan dari masyarakat, pegiat seni, dan tentu saja Pemkab Sidoarjo.
“Harapan kami di Hari Jadi ke 163 Kabupaten Sidoarjo ini, ke depannya Sidoarjo dibangun berdasarkan kearifan lokal. Seni budaya difokusi sehingga peradaban Sidoarjo menjadi lebih humanis,” harapnya. (Affendra F)