KOTA, SIDOARJONEWS.id — Sidoarjo punya komunitas anak-anak muda yang peduli pada sastra. Namanya, Komunitas Malam Puisi Sidoarjo. Selaras dengan namanya, mereka berkumpul, berkegiatan, dan mengekspresikan kecintaan pada sastra di malam hari.
Seperti Sabtu (22/2) malam di akhir pekan kemarin, Komunitas Malam Puisi Sidoarjo kembali berkiprah untuk menyemarakkan sastra di Kota Delta dengan menyelenggarakan kegiatan diskusi buku dan pembacaan puisi.
Kali ini, yang didiskusikan adalah buku berjudul “Meremuk Peluk” karya Rena Kharisma. Rena sendiri termasuk sebagai salah satu anggota aktif di Komunitas Malam Puisi Sidoarjo.
Bertempat di Emiko Coffeebar Sidoarjo, acara dimulai sekitar pukul 19.00 dengan pembacaan puisi. Lantas, masuk ke acara inti berupa diskusi buku bersama dua pengulas, M.G. Kurniawan dan Aluf, serta Rena Kharisma sebagai penulis buku.
M.G. Kurniawan memuji buku “Meremuk Peluk” sebagai buku puisi yang komplet dari segi penyajian jenis puisi-puisinya. Meski semua puisi tersebut memiliki tema seragam. Yakni tentang persoalan cinta.
“Puisi-puisi Rena juga memiliki pemilihan diksi yang cerdas,” ujar Kurniawan.
Sementara Aluf sempat bertanya kepada Rena mengenai banyaknya tema patah hati dalam buku puisi “Meremuk Peluk”. “Saya penasaran, dalam penulisannya, apakah Rena memang sedang mengalami patah hati atau sekadar berimajinasi,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan itu, Rena mengaku ketika merangkai puisi-puisi di buku ini, dirinya memang sedang patah hati. “Saya mencoba untuk mengubah patah hati menjadi energi berkarya sehingga bisa menelurkan buku ini,” ujar Rena.
Selain diskusi dan pembacaan puisi, malam itu juga ditampilkan banyak musikalisasi puisi. Rupa-rupanya, begitu banyak lagu yang tercipta dari puisi-puisi karya Rena, yang musiknya dibuat oleh anak-anak muda Sidoarjo sendiri.
Menariknya, acara yang diselenggarakan tepat pada tanggal cantik (22-2-2020) itu juga bertepatan dengan ulang tahun ibunda Rena. Sang penyair patah hati itu pun sempat memberikan kado spesial pada ibu tercinta. Mesk, melihat kesuksesan anaknya bisa tampil dan menginspirasi anak-anak muda di Sidoarjo dengan puisi-puisinya, juga sudah menjadi kado yang bahkan mungkin lebih indah baginya.
Acara keren ini berlangsung ramai. Ada banyak para pecinta dan para pegiat sastra di Sidoarjo yang hadir. Peserta yang hampir semuanya adalah anak-anak muda, memenuhi kafe Emiko.
Dan itu menjadi bukti, acara bertema sastra semacam ini masih dirindukan oleh masyarakat di kabupaten ini.
“Anggota yang rutin hadir di setiap kegiatan ada sekitar 20 orang. Setiap bulan kami ada agenda. Bisa bedah karya anggota dan diskusi. Juga baca puisi untuk direkam dibagikan di media sosial. Bisa dilihat di IG malam puisi sidoarjo,” ujar Ferdi Afrar, salah satu inisiator Komunitas Malam Puisi Sidoarjo.
Ke depan, Ferdi (37 tahun) berharap semakin ada banyak komunitas sejenis di Sidoarjo sehingga bisa saling bertukar pikiran. Dia juga berharap agar penulis-penulis di Sidoarjo yang sudah mapan maupun pemula, bisa unjuk diri. Tidak hanya ‘bersembunyi’ di media sosial.
“Panggung-panggung sastra dan penulis harus semakin banyak dan beragam. Selama ini buku banyak, tapi tak ada panggungnya,” harap ayah dua anak kelahiran Sidodadi, Sidoarjo ini (hid/hs)