TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id – Masih teringat jelas dalam ingatan Ahmad Yasik, warga RT 11 RW 03 Desa Gempolsari, bagaimana kehidupannya beserta warga desa yang tenang dan damai tiba-tiba berubah mencekam kala pipa pengeboran milik Lapindo meledak pada 29 Mei 2006 silam.
Tragedi yang membuat Kabupaten Sidoarjo menjadi sorotan mata dunia kala itu membuat ribuan warga di sekitar pusat semburan harus mengungsi.
Mereka tak hanya kehilangan tempat tinggal yang telah turun-temurun ditempati, tapi juga kehilangan mata pencahariannya. Bagaimana tidak, sebelum tragedi Lumpur Lapindo, mayoritas warga di sekitar lokasi mengandalkan pertanian untuk hidup.
Kini, sawah-sawah yang telah menghidupi ribuan warga telah musnah.
“Dulu ini semua area persawahan. Warga setiap hari mengandalkan hasil tani untuk hidup. Saat Lumpur Lapindo meluap 15 tahun yang lalu, perlahan-lahan area persawahan terendam lumpur. Hilang tak bersisa,” ujarnya, Sabtu (29/5).
Kini area yang berdekatan dengan tanggul lumpur tak bisa lagi ditanami akibat tercemar oleh kandungan lumpur. Bahkan air bersih pun tak lagi bisa didapatkan. Secara tiba-tiba, warga dipaksa harus mencari mata pencaharian lain.
“Ada yang berjualan di pasar, ada yang serabutan. Pokoknya kami melakukan segala hal untuk bisa bertahan hidup,” ujarnya.
Nasib warga yang rumahnya terendam lumpur sedikit lebih baik. Mereka mendapat ganti rugi yang bisa digunakan untuk membeli rumah. Syukur-syukur ada sisa uang untuk modal usaha.
Namun tidak bagi warga Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin. Wilayahnya tidak masuk dalam area yang diganti rugi oleh pihak Lapindo. Padahal wilayahnya hanya berjarak kurang dari 20 meter dari bibir tanggul. Tak pelak, kini Desa Gempolsari bak mati suri.
“Rumah dijual juga tidak laku, mau bikin usaha juga sepi,” ujar Ardi Kurniaji, Ketua Komunitas Kecil Bergerak yang telah mendampingi warga terimbas selama 7 tahun terakhir.
Belum lagi setiap musim hujan, warga dibuat was-was sebab tanggul lumpur di depan rumah bisa saja sewaktu-waktu jebol dan membanjiri pemukimannya seperti beberapa tahun silam.
15 tahun sudah warga Desa Gempolsari hidup dalam keprihatinan. Tak banyak yang bisa mereka lakukan selain menunggu para pemangku kebijakan terketuk pintu hatinya dan menyelamatkan mereka serta mengembalikan kehidupan layak seperti sedia kala. (Affendra F)