KOTA, SIDOARJONEWS.id – Writing block adalah situasi di mana seorang penulis merasa kehilangan gagasan baru untuk tulisannya atau merasa kehilangan kemampuan menulisnya.
Bagi sebagian besar penulis, writing block masih menjadi momok menakutkan yang menghantui.
Untuk mengatasi ini, novelis asal Tanggulangin Sidoarjo, M.F Hazim berbagi tips.
Menurut novelis asal Tanggulangin ini, sebagian besar masalah writing block disebabkan oleh perubahan emosi penulis. Dengan emosi yang tidak tepat di saat harus menulis sebuah karya, tak jarang otak mengalami kebuntuan. Kebuntuan ini tidak hanya dalam hal menemukan gagasan baru, bahkan mencari kata yang tepat kadang terasa sulit.
“Saya memang lebih sering menghabiskan waktu di rumah, menulis pun di rumah. Kalau sudah buntu, saya akan menyerah, menutup laptop, mengambil kunci motor, dan berkeliling kota. Makna menyerah adalah tidak memaksa menulis di saat itu juga. Lebih baik kita rehat sejenak agar otak terasa segar,” ujarnya, Rabu (30/9/2020).
Penulis novel “Introver” ini mengaku betah berkeliling kota tanpa tujuan tertentu untuk menemukan ide baru. Bahkan ia kerap mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya, duduk di atas motor sembari memperhatikan aktivitas orang-orang di sana.
Mencoba hal baru memberikan pengalaman tersendiri yang sering kali menjadi pemicu untuk memunculkan gagasan brilian saat menulis. Selain itu, berinteraksi dengan orang baru dikenal juga ampuh menambah pandangan baru.
“Sering juga sih, saat berkeliling, mampir ke suatu warkop di sana, ngobrol ngalor-ngidul bersama mereka. Sering kali saya mendapatkan sesuatu yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Ya berasal dari obrolan bersama mereka,” jelasnya.
Novelis 27 tahun ini juga mengatakan, membaca buku ataupun menonton film juga bisa menjadi cara jitu untuk mengatasi writing block. Semua bergantung dengan jenis novel apa yang sedang ingin dibuat.
“Kalau saya kan lebih condong ingin menampilkan sesuatu yang sangat erat dengan kehidupan real masyarakat dalam novel-novel saya. Karena itu saya memilih berbaur dan berinteraksi serta traveling untuk menemukan ide-ide baru. Semakin banyak hal baru yang saya ketahui, semakin mudah ide-ide itu mengalir,” ujar novelis yang juga tergabung dalam Ikatan Pelukis Indonesia ini. (Affendra Firmansyah)