“Inti puasa adalah menata, menjinakkan, menahan, dan mengkontrol nafsu kebinatangan agar hidup kita lebih seimbang dengan apa yang disebut fitrah kemanusiaan”
Oleh : Muhammad Sholah Ulayya Lc.M.Pd.I
(Sekretaris ASWAJA NU Center Sidoarjo)
Al Qur’an memiliki beberapa sisi yang unik dan menarik untuk dikaji secara lebih mendalam, diantaranya dimensi keserasian antara tema surat, nomor ayat, dan kandungan maknanya.
Salahsatunya adalah ayat tentang kewajiban berpuasa:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ – ١٨٣
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al Baqarah: 183).
Ayat Tentang Puasa terdapat dalam surat Al Baqarah yang berarti sapi.
Secara simbolik, antara sapi dan puasa memiliki keterkaitan layaknya penggembala dengan hewan peliharaannya.
Inti puasa adalah menata, menjinakkan, menahan, dan mengkontrol nafsu kebinatangan agar hidup kita lebih seimbang dengan apa yang disebut fitrah kemanusiaan.
Surat al Baqarah dan Angka Dua
Al Baqarah merupakan surat ke dua dari rentetan 114 surat dalam Al-Quran. Angka dua, bisa dimaknai sebagai perlambang dari hukum kehidupan yang saling berpasang-pasangan dan saling ada keterhubungan, atau yang biasa disebut dengan hukum dualitas seperti : Lapar – Kenyang, Sedih-Senang, Puasa-Lebaran, Langit-Bumi, Dunia-Ahirat, Gelap-Cahaya, Laki-Perempuan dan lain sebagainya.
Yang unik untuk ditelisik adalah nomor ayat tentang kewajiban berpuasa, yaitu ayat ke 183. Angka 183 ini jika kita jumlahkan akan menghasilkan angka 12 (1+8+3)
Angka 12 merupakan angka sakral mengingat ia adalah jumlah hitungan bulan dalam setahun. Kita tahu bahwa berpuasa akan melebur kesalahan-kesalahan yang telah lalu.
Nabi bersabda :
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keyakinan (iman) dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.
Angka 12 juga mengisyaratkan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa puasa adalah benteng atau perisai.
Bisa jadi dengan kita berpuasa selama 30 hari, maka berkahnya, pahalanya dan efek positifnya bisa kita nikmati selama 12 bulan ke depan tergantung sebarapa mampu kita memelihara spirit puasa pasca lebaran.
Dalam sebuah riwayat dikatakan :
Banyak orang yang berpuasa akan tetapi mereka tidak menemukan apa-apa (setelah puasa ramadhan usai) kecuali lapar dan haus.
Riwayat diatas menunjukkan bahwa puasa bukan hanya persoalan perut kosong atau tenggorokan kering, akan lebih dari itu. Puasa adalah revolusi spiritual, mental dan sosial umat manusia. (*/ipung)