KOTA, SIDOARJONEWS.id – Pemerintah Provinsi Jawa Timur hari ini (18/8/2020) telah memulai uji coba pembelajaran tatap muka tingkat SMA/SMK di 27 Kabupaten Kota se Jawa Timur. Namun dari total tersebut, wilayah Kabupaten Sidoarjo tidak termasuk di dalamnya.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Wahid Wahyudi. Menurutnya yang bisa menjalankan uji coba tersebut hanyalah wilayah yang tidak termasuk zona merah.
“Sidoarjo belum ada pembelajaran tatap muka. Dari 38 wilayah di Jawa Timur, baru 27 Kabupaten kota saja,” katanya saat dikonfirmasi sidoarjonews.id, Selasa (18/8).
Selain permasalahan Zona Merah, menurutnya ada beberapa syarat wajib juga yang harus dilakukan daerah sebelum melakukan uji coba tersebut.
Syarat wajib untuk melakukan uji coba tersebut diantaranya seperti mendapatkan rekomendasi dari gugus tugas covid Kabupaten/kota. Jika disetujui oleh kepala daerah, maka bisa dilakukan. Lalu siswa yang masuk, mendapatkan persetujuan tertulis dari walinya.
“Pembelajarannya hanya 3 jam. Ketika masuk jam 7 maka jam 10 pulang. Identik dengan 4 mata pelajaran di mana masing-masing mapel 45 menit. Ibu Gubernur tadi juga sempat tanya jawab (saat sidak uji coba di SMAN 2 Kota Probolinggo), respon siswanya sangat senang ada pembelajaran tatap muka seperti ini,” ucapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Syaf Satriawarman juga menilai, wilayah Kabupaten Sidoarjo belum siap untuk mengadakan metode pembelajaran tatap muka.
Ia menambahkan, yang mendasari hal itu sebenarnya yang pertama ialah permasalahan infrastruktur di tiap sekolah belum mendukung untuk protokol kesehatan.
Selain itu, menurutnya permasalahan yang juga perlu dipikirkan ialah ketika tatap muka diadakan bukan ketika siswa di dalam kelas menjalani pembelajaran. Melainkan ketika siswa di luar kelas baik ketika bermain ataupun perjalanan pulang pergi menuju sekolah.
“Sejatinya bukan hanya sekolahnya saja yang harus hijau atau kuning, tempat asalnya siswa juga harus sudah hijau. Itu untuk meminimalisir kemungkinan terburuk. Lalu infrastruktur kita di sekolah seperti tempat cuci tangan dll. Itu semua perlu persiapan yang matang mas,” terangnya. (Dimas)