TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id — Jangan ngaku warga Sidoarjo bila tidak pernah mendengar nama Machmudah? Pengusaha bumbu masak asal RT 2 RW I Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin ini merupakan sosok terkenal di Kota Delta. Terutama di kalangan pedagang sayur yang setiap pagi menjemput rezeki.
Bumbu masak racikan Machmudah memang sudah sangat terkenal. Banyak ibu rumah tangga yang memasak memakai bumbu praktis dari perempuan berusia 54 tahun. Apalagi, tidak sulit mendapatkan bumbu masak racikan Machmudah. Di tukang sayur yang biasa berkeliling di perumahan ataupun yang mangkal di kampung, pasti menjualnya.
Siapa sangka, usaha Machmudah yang kini bertumbuh besar, dulunya berawal dari ketidaksengajaan. Tepatnya, karena kejelian dalam melihat peluang yang ada.
Awalnya, tahun 2009 silam, ia hanya memasak untuk kalangan pengajian di sekitar rumahnya. Merasa banyak yang cocok akan rasa masakannya, ia kemudian melihat peluang untuk membuka usaha bumbu masak.
“Awalnya saya kemas plastik kecil-kecil dan hanya saya edarkan untuk warung-warung sekitar rumah,” terangnya.
Seiring waktu, usaha yang mungkin dilihat orang sepele kemudian tumbuh pesat. Ia lantas mematenkannya dengan merk Bumbu Masak Machmudah (BMM). Kini, seiring usahanya bertumbuh besar, jumlah karyawannya lebih dari 100 orang yang semuanya adalah tetangganya.
“Saya memprioritaskan orang tua single parent serta yang masih menganggur untuk dipekerjakan,” sambung dia.

Saat ini setiap pagi, ratusan pedagang mengantre di depan rumahnya untuk membeli bumbu masaknya. Tidak hanya pedagang dari Sidoarjo, beberapa diantaranya berasal dari Malang dan Gresik.
Setiap hari, Machmudah memproduksi 25 hingga 30 ribu bungkus dengan 16 varian bumbu masak. Dari rawon, soto, hingga krengsengan. Biasanya, permintaan meningkat tajam menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
“Bisa meningkat sampai lima puluh persen,” kata Machnunah saudara kembar Machmudah.
Kini, ketika harga bahan baku seperti cabai rawit melonjak naik, ia punya strategi tersendiri dengan sedikit mengurangi takaran. “Sangat sedikit. Yang penting terus produksi agar para karyawan bisa terus bekerja,” ucapnya.
Meski merasakan dampak kenaikan harga bahan baku bumbu masak, di sisi lain, ia juga berharap agar harga dari petani jangan terlalu rendah agar mereka juga merasakan untung yang lumayan. (Satria)