KOTA, SIDOARJONEWS.id – Sosok Djoko Supriyadi dikenal sebagai seorang kepala dinas yang menyukai
lukisan. Beberapa lukisan terpajang di sudut-sudut kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Sidoarjo, tempatnya saban hari bekerja.
Selain itu, ia juga mengoleksi beberapa lukisan di rumahnya.
Namun di antara beberapa lukisan yang ia miliki, ada satu lukisan yang ia anggap istimewa. Lukisan tersebut karya alm. Luqman Azis, pelukis kawakan asal Sidoarjo. Seniman beraliran surealis ini semasa hidupnya sempat meminta Djoko Supriyadi untuk membeli satu lukisannya.
“Almarhum dulu semasa hidupnya pernah meminta saya membeli lukisannya. Saya beli dengan harga 750 ribu. Tapi bukan saya yang memilih lukisannya, melainkan ia sendiri yang menyodorkannya. Itu sebelum bencana lumpur terjadi,” ungkapnya Djoko Supriyadi, Jumat (2/10).
Awalnya Djoko merasa lukisan tersebut kurang menarik. Lukisan surealis yang didominasi warna coklat keabu-abuan tersebut bila dilihat mengesankan kesuraman. Sempat pula, Djoko hendak mengganti lukisan tersebut dengan lukisan lain untuk dipajang di rumahnya. Namun, salah seorang sahabatnya melarang.
Selang beberapa saat setelah Luqman Azis meninggal dunia, bencana lumpur lapindo terjadi. Rumah dan makamnya yang berada di Siring, terlahap habis tak bersisa. Dalam waktu beberapa tahun, lumpur tersebut telah menjadi bak lautan berwarna coklat keabu-abuan.
“Setelah beberapa tahun berlalu, saya sempat melihat kondisi lumpur lapindo yang telah melahap beberapa desa. Saat itu saya kaget, lautan lumpur yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri persis dengan lukisan alm. Luqman Azis,” ujarnya.
Lukisan yang menyerupai lautan lumpur lapindo tersebut dilukis jauh sebelum terjadinya bencana lumpur, membuatnya seakan-akan berasal dari masa depan. Lukisan tersebut menjadi satu kenangan yang tak terlupakan oleh Djoko Supriyadi terhadap sosok Luqman Azis. Kini lukisan tersebut menjadi salah satu lukisan favorit Djoko yang ia banggakan. Meski demikian, Djoko mengaku akan melepas lukisan karya Luqman Azis tersebut bila ada yang menawarnya sebesar 7 miliar. (Affendra Firmansyah)