KOTA, SIDOARJONEWS.id – Seni Tari Jaranan merupakan sebuah tarian yang menggunakan properti anyaman bambu berbentuk kuda (dalam bahasa jawa disebut jaran). Tari jaranan merupakan tarian khas dari tanah Jawa.
Tari jaranan di tanah Jawa juga memiliki karakteristik dan yang berbeda tiap daerahnya. Seperti halnya Kediri yang khas dengan tari jaranan berjeni pegon, lalu Banyuwangi dengan jaranan buto.
Di Sidoarjo, khususnya di desa Banjarkemantren, terdapat kelompok seni tari jaranan bernama Turonggo Pandan Wangi. Kelompok ini berdiri pada akhir tahun 2019 lalu dan dimotori tokoh pegiat seni Banjarkemantren, Cahyo Lukmanto atau yang akrab disapa Mas Gogon.
Gogon menceritakan, awal mula ada jaranan di Desa Banjarkemantren diprakarsai minat dan bakat para pemuda di sana. Menurutnya, banyak kalangan muda mudi di Banjarkemantren yang ikut latihan di luar daerah desanya.
“Saya lihat minat dan keinginan mereka tinggi, dari pada harus berlatih di luar, latihan di sini saja. Kami bikin seni tari jaranan Turonggo Pandan Wangi,” katanya, Minggu (9/8).
Diadakannya kegiatan seni tari tersebut juga untuk mengarahkan generasi penerus bangsa agar tidak terjerumus pada pergaulan negatif. Dengan menari, selain menjauhkan dari pergaulan yang merusak, juga untuk melestarikan budaya tarian jawa tersebut.
“Nama Turonggo Pandan Wangi kita ambil dari salah satu tokoh leluhur kami di Pandean, Turonggo itu Jaranan. Makanya namanya Turonggo Pandan Wangi,” jelasnya.
Gogon menambahkan, kelompok tari tersebut hingga kini beranggotakan sekitar 50 anggota. Terdiri dari penari, penabuh gamelan hingga kru belakang layar. Kelompok tari jaranan Turonggo Pandan Wangi mengadakan latihan minimal seminggu sekali.
“Kami juga sudah dua kali pentas mas. Terakhir pentas sebelum ada pandemi. Sejak pandemi sudah tidak pernah, hanya latihan saja. Kami juga punya pelatih tari asal Trenggalek,” ujar Gogon yang juga merupakan kepala sekolah di salah satu tempat pendidikan di Sidoarjo.
Sementara itu, Pelatih Tari Jaranan Turonggo Pandan Wangi, Seftiandaru mengatakan, seni tari tersebut mengadopsi gagrak jaranan pegon Kediri dan memakai tata gerak Jaranan Jawa.
Pemuda asal Trenggalek yang kini menempuh perkuliahan semester akhir di Institut Seni Indonesia tersebut mengatakan, hal tersulit dalam melatih tari jaranan tersebut selain harus ulet dan tekun untuk gerak tarinya, yaitu irama penabuhan gamelannya.
“Ya karena yang kita hadapi kan usia remaja dari SMP, SMA hingga ada yang sudah lulus juga tapi punya minat dan semangat dalam tari. Sehingga butuh treatment yang variatif dan telaten,” ujarnya. (Dimas)