JABON, SIDOARJONEWS.id – Perajin Batik Tulis di kawasan Kedungcangkring, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, terus berupaya untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang. Batik tulis yang sempat memiliki sejarah cukup cemerlang di zaman mongolia (sebelum kemerdekaan RI) kini banyak ditinggalkan.
Sebut saja, Lutfilah (60), seorang perajin di kawasan Kedungcangkring yang masih eksis dalam melestarikan budaya warisan nenek moyang berupa pembuatan batik tulis. Menurutnya, melestarikan warisan budaya nenek moyang tak semudah membalikan tangan.
Batik tulis yang ada di di perbatasan Sidoarjo ini merupakan batik tertua yang ada di Sidoarjo, bahkan di sejumlah wilayah Indonesia. Keberadaan batik tulis ini sudah ada sejak zaman kerajaan majapahit. Bahkan saat itu, keberadaan batik tulis ini sempat berjaya pada zaman pangeran diponegoro.
Namun saat ini, kelestarian batik tulis mulai ditinggalkan. “Satu-satunya cara untuk mempertahankan kelestarian batik tulis yakni dengan cara membuat aneka ragam batik tulis sesuai perkembangan zaman,” ujar Lutfilah, pengrajin batik tulis kedungcangkring, Jumat (2/10/2020).
Ia mengakui, menjadi seorang pengrajin batik tulis bersejarah berkat didikan orang tuanya yang masih mempertahankan warisan nenek moyang. Meski sempat terjadi pasang surut, dirinya tetap berupaya untuk terus melestarikan budaya tersebut.
Awal kemerdekaan RI tahun 1945, lanjut Lutfilah, Batik kedungcangkring sempat mengalami kemerosotan. Namun di awal 1955 hingga 1980an batik tulis ini kembali naik daun. Meski demikian, ditahun 1970-an itu batik tulis mengalami persaingan dagang dengan batik printing dari China.
“Pada saat itu, China membuat batik printing. Tapi batik Kedungcangkring masih menjadi trend saat itu, sehingga gejolak tak terlalu lama. Karena China tetap membeli hasil karya pengrajin Kedungcangkring. Tapi ada perebutan hak paten di sana,” jelasnya.
Batik tulis Kedungcangkring mulai produksi sejak 1940-an. Ciri khas batik tulis Kedungcangkring mempunyai berbagai motif, mulai dari motif beras utah atau tumpah, motif sisik melek atau mirip dengan sisik ikan bandeng dan motif krubutan.
Tokoh masyarakat setempat, Zaenuddin Fanani mengatakan keberadaan batik yang ada di Sidoarjo asal muasalnya berasal dari pengrajin batik tulis Kedungcangkring, Jabon, Sidoarjo. Salah satuya batik jetis dan batik kenongo. Bahkan batik Pekalongan, Jawa tengah juga berasal dari desa Kedungcangkring.
“Warga pekalongan dulunya belajar membatik dari pengerajin batik tulis Kedungcangkring sambil mondok di salah satu pondok pesantren tertua di wilayah Jabon Sidoarjo. Setelah mempunyai bekal membatik,mereka pun kembali ke daerahnya masing-masing untuk mengembangkan batik tulis yang berasal dari Kedungcangkring,” kata Zaenuddin.
Saat ini masih terdapat 10 orang perajin batik tulis di Kedungcangkring, dua dianyaranya masih aktif membuat batik. (hadi)