TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id — Berkat kreativitas, sesuatu yang awalnya dianggap tidak memiliki nilai guna, ternyata bisa diubah menjadi barang bernilai seni, bahkan ekonomi. Siapa sangka, kertas bekas kantong sak semen, ternyata bisa “disulap” menjadi aneka tas dan dompet cantik. Kreativitas itulah yang ditekuni pasangan suami istri, Sutyono (47) dan Weny Indrasari (47).
Aktivitas mendaur ulang bekas kantong sak semen menjadi aneka tas dan dompet itulah yang kini menjadi salah satu sumber penghasilan bagi Sutyono dan Weny.
Saat ditemui di kediamannya di Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (Perumtas) 2, Selasa (7/1), Weny tengah membuat pola sebuah tas di atas kertas bekas kantong sak semen. Sementara sang suami, Sutyono, sedang sibuk membersihkan sak semen yang baru saja diterima dari salah seorang pemasok.
“Usaha yang kami tekuni ini berawal dari ketidaksengajaan,” ujar Weny Indrasari kepada Sidoarjonews.
Weny bercerita, ketika merenovasi rumah, sang suami merasa ‘eman’ melihat tumpukan kertas sak semen terbuang begitu saja. Yono, panggilan akrab Sutyono, ingin memanfaatkan kertas sak semen yang tidak berguna tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai.
Setelah bertanya kepada tetangganya yang kebetulan seorang perajin tas kulit, pasangan ini memulai langkah membuat tas dan dompet berbahan dasar sak semen. Produk kerajinan mereka tersebut lantas diberi nama merek R3 Viora. Menurut Weny, nama Viora berasal dari gabungan kedua anak mereka. Yakni Silvia yang akrab dipanggil Vio dan Raditya yang biasa disapa Radit.
Pembuatan dompet dan tas berbahan dasar kertas semen bertepatan dengan agenda Pemkab Sidoarjo di Desa Kalisampurno, Kecamatan Tanggulangin pada bulan Desember 2010 silam. Salah satu agenda dari event tahunan ini melombakan kreasi daur ulang sampah. Merekapun termotivasi untuk berpartisipasi.
Tak disangka, produk daur ulang yang saat itu mereka pamerkan, mendapat sambutan menggembirakan. Beberapa produknya terjual dan dipesan. Dan tak disangka pula mereka berhasil meraih juara lomba daur ulang.
Dari situlah, Yono dan Weny lebih bersemangat untuk mengembangkan usahanya. Berbagai pameran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dihelat di berbagai kota, pernah mereka ikuti.
“Pelan tapi pasti, pesanan mulai berdatangan. Kami menjual aneka tas berbahan kertas semen kreasi antara Rp 5.000 sampai Rp 95 ribu,” ujar Weny.
Bertambahnya jumlah pesanan ternyata menjadi kendala tersendiri. Sebab, mereka kesulitan mencari tambahan tenaga kerja untuk memenuhi target pesanan. Jalan keluarnya, mereka seringkali bekerja hingga larut malam. Berbagai masukan dari pelanggan menjadi perhatian mereka.
Yono dan Weny sebenarnya sama sekali tidak mempunyai latar belakang pengetahuan perihal membuat kerajinan tas. Mereka belajar otodidak. Caranya dengan membongkar tas yang mereka beli. Dari situ mereka mengetahui struktur sebuah tas dan belajar membuat mal. “Sekarang, hanya dengan melihat sebuah tas. Saya bisa membayangkan yang harus dibuat,” ujar Yono.
Kini mereka mempunyai sedikitnya 50 macam model dompet dan tas. Mereka juga memroduksi sandal, tempat pensil dan kotak hantaran lamaran. Meski berbahan dasar kertas, semua produk mereka tahan air. Itu berkat formula pelapis yang telah mereka coba puluhan kali. Untuk mengembangkan usahanya, mereka melakukan pelatihan di beberapa sentra UKM di Sidoarjo.
Yono dan Weny berharap, usaha daur ulang dari kertas semen yang mereka tekuni, semakin dikenal luas. Selain bisa mengurangi limbah. Juga bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja. Saat ini tas berbahan sak semen buatan mereka telah menyebar di banyak kota berkat penjualan secara online. (Satria)