KOTA, SIDOARJONEWS.id — Kuliah Kerja Nyata (KKN) umumnya dilaksanakan secara berkelompok dan berpusat pada daerah-daerah di luar area kampus. Namun, pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan KKN tersebut.
Kali ini, mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya melakukan KKN secara mandiri di daerah tempat tinggalnya masing-masing. Salah satunya Miftakhul Nur Fatmawati.
Mahasiswa Program Studi Psikologi ini melakukan program kerja dengan tema pemulihan ekonomi, yaitu “Pelatihan Pembuatan Produk Olahan Kedelai serta Perluasan Mitra Produktif dan Pemasaran” kepada warga di Dusun Watesrowo RT 39 RW 6 Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.
Di Dusun Watesrowo, ada beberapa warganya berwirausaha menjadi produsen makanan, minuman, dan membuka toko kelontong. Hasil dari penjualan produk yang dihasilkan sangat membantu perekonomian warga.
Namun, di masa pandemi, hampir semua sektor terdampak. Tidak terkecuali sektor perekonomian. Terhambatnya sektor pereknomian tentu saja membuat pelaku usaha merugi. Terutama pada sektor bisnis penjualan makanan atau minuman.
Masyarakat menjadi lebih berhati-hati untuk mengonsumsi makanan maupun minuman yang dibeli dari luar. Prioritas kebutuhan konsumen berubah sangat drastis.
Masyarakat mulai memprioritaskan kebutuhan dari hasil perkebunan, seperti buah-buahan, sayuran, tanaman rimpang, daging, serta bahan pangan pokok. Masyarakat berlomba-lomba dalam menimbun banyak vitamin kekebalan tubuh, susu, serta produk-produk lain yang dapat menjaga imunitas tubuh mereka.
Pelatihan apa sajakah yang dilakukan oleh mahasiswa?
Pelatihan yang dilakukan adalah pembuatan produk olahan kedelai, yakni berupa susu sari kedelai. Dalam hal ini, kedelai memiliki manfaat yang begitu beragam. Mulai dari menjaga kekebalan tubuh, pengganti susu sapi, menjaga kesehatan tulang dan sendi, hingga mampu menjaga kesehatan jantung.
Mahasiswa juga melakukan pelatihan perluasan distribusi produk. Perluasan distribusi yang pertama adalah dengan metode reseller, yakni mitra penjual kembali produk dengan harga yang lebih tinggi daripada penjual asli.
Perluasan distribusi yang kedua adalah dengan memanfaatkan media sosial sebagai media penjualan. Melalui metode reseller, penjual membuka kesempatan bagi warga umum untuk menjual kembali produk yang telah diproduksi penjual. Penjual akan memberikan harga yang lebih rendah untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi guna mendapatkan laba.
Dari sistem tersebut, beberapa warga tertarik dan mencoba mendaftar sebagai reseller. Tiga minggu berjalan, penjual mengalami peningkatan penghasilan setinggi 35%. Serta warga yang mendaftar sebagai reseller mendapatkan penghasilan tambahan melalui produk penjualannnya.
Selain itu, pemanfaatan media sosial sebagai media perluasan distribusi juga memberikan dampak yang signifikan. Hal itu membuat penjual menambah target pembuatan produk, yaitu dari 70 pcs per hari menjadi 200 pcs per hari.
“Pelatihan diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan atau pemulihan ekonomi pada masyarakat. Mahasiswa juga akan melakukan pemberian sumbangan berupa sembako pada masyarakat yang berpartisipasi dalam program pelatihan. Hal tersebut diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan pokok dalam rumah tangga,” ungkap Mifta, panggilan Miftakhul Nur Fatmawati. (*)