KOTA, SIDOARJONEWS.id – Momen 6 Januari 2021 menjadi pembuka tahun yang mendebarkan bagi Hafid Dian Maulidi.
Betapa tidak, belum genap sehari merasakan promosi kenaikan pangkat sebagai Kanit Pidum Satreskrim Polresta Sidoarjo, Hafid langsung bergegas menanggalkan seragamnya dan kembali ke jalan untuk memburu pelaku.
Tepat pukul 08.00 Wib, Pria kelahiran Jember tersebut sudah berada di tengah-tengah rekannya. Dengan menggunakan baju putih berdasi merah dan setelan celana hitamnya, Hafid sudah bersiap mengikuti upacara kenaikan pangkat yang digelar di Mapolresta Sidoarjo. Sedikitnya ada sekitar 177 anggota di lingkungan Polresta Sidoarjo yang mendapat promosi kenaikan pangkat satu tingkat.
Upacara yang dipimpin langsung oleh Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Avinta ini memang berada dalam suasana pandemi covid-19, sehingga upacara bersama Polres jajaran Polda Jatim tersebut digelar secara virtual. Meski demikian acara tersebut berjalan khidmat.
Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.00 Wib, dan prosesi kenaikan pangkat baru saja selesai digelar. Tiba-tiba muncul sebuah pesan di ponselnya. Isinya, ada terduga pelaku kejahatan yang hendak bertransaksi di kawasan Krian.
”ya, kebetulan kami sedang mengejar pelaku kejahatan, tindak pidana penggelapan ratusan sepeda gunung yang dimuat dalam truk ekspedisi,” ungkap pria berpangkat Ajun Komisaris Polisi tersebut, Sabtu, (16/1/2021).
Mendapat kabar dari anak buahnya, Hafid langsung tancap gas. Dalam perjalanan, dia baru tersadar jika baju yang dikenakannya saat upacara tadi masih menempel di badannya. Dia kemudian menghubungi anak buahnya untuk membelikan kaos ganti di toko terdekat.
Penyamaran polisi memang harus dilakukan, mengingat pelaku bisa saja kabur setelah mengetahui baju yang dikenakan polisi.
Seakan menjadi sinyal, anggotanya pun langsung disebar ke berbagai titik lokasi. Berbekal Nopol kendaraan truk ekspedisi, anggotanya pun mulai mengintai pergerakan laju kendaraan.
Satu jam berlalu, sebuah truk yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang dari arah Jombang. Tak perlu menunggu lama, anggota langsung melakukan pengepungan dan memeriksa barang yang ada di bak truk tersebut.
“ternyata benar, muatan truk tersebut adalah sepeda gunung merk Exotic milik PT. Roda Pasific Mandiri yang digelapkan oleh sopirnya,”terang Hafid.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata yang membawa truk berisi ratusan sepeda gunung tersebut adalah Ali Mustofa asal Desa Kemangsen, Balongbendo Sidoarjo. Ali Mustofa merupakan penadah yang hendak menjual sepeda gunung tersebut ke salah satu toko yang ada di kecamatan Krian.
Polisi kemudian menyisir para pelaku penggelapan tersebut. Dari keterangan Ali Mustofa, barang hasil curian didapat dari rekannya bernama Sutaji Kusnowo dan Achmad Nuri asal Lasem, Rembang.
“barang-barang ini seharusnya diturunkan di Cilacap, tapi sama pelaku dibongkar di sebuah gudang daerah Jombang. akhirnya petugas langsung bergerak ke lokasi,”ungkapnya.
Perburuan berlanjut ke Lasem, dimana Achmad Nuri tinggal. Dia kemudian ditangkap petugas di rumahnya dan lansgung digelandang ke Mapolresta Sidoarjo.
Meski dua tersangka sudah tertangkap, Hafid mengaku masih memiliki pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan dalam waktu dekat, yakni menangkap otak dibalik penggelapan sepeda gunung tersebut.
Duel, Jadi Andalan Saat Pelaku Melakukan Perlawanan
Dalam menjalankan tugasnya, mantan anggota Densus 88 anti teror tersebut memang tergolong andal dalam memburu pelaku-pelaku kriminal. Mulai bajing loncat, pelaku begal sadis, hingga pelaku pembunuhan.
Rata-rata, kasus pencurian dengan pemberatan dan kekerasan berhasil diungkap. Dia menceritakan, pada 2017 lalu polisi tengah memburu pelaku begal sadis yang terjadi di kawasan Jabon Sidoarjo.
Saat itu, pelaku diketahui berjumlah empat orang. Namun dua pelaku dinyatakan tewas usai dihakimi warga.
Komplotan begal ini memang terkenal sadis. Mereka kerap beraksi di sejumlah daerah terutama di perbatasan kota. Dan rata-rata korbannya mengalami luka serius hingga berujung kematian.
Belakangan diketahui, dua pelaku yang sempat di massa tersebut salah satunya merupakan anak dari pelaku yang tengah buron. Aksi begal sadis ini cukup menyita perhatian warga. Sebab, seringkali di kawasan tersebut memakan korban, terutama mereka yang sedang melintas pada malam hari.
“Saya masih ingat betul itu, saya diminta harus bisa menangkap pelaku. Karena pelaku ini sudah banyak meresahkan masyarakat,” ungkapnya.
Anggotanya pun akhirnya disebar ke berbagai titik. Sebab dari berbagai informasi pelaku kerap berpindah-pindah antar daerah. Bahkan pelaku sempat melarikan diri ke kawasan Madura.
Hingga pada akhirnya, pelaku utama yang tercatat sebagai residivis jatanras tersebut terendus petugas. Saat dilakukan penangkapan, pelaku yang tengah membawa celurit sempat melakukan perlawanan.
Hingga akhirnya celurit pelaku berhasil diamankan petugas. Namun saat diborgol, pelaku kembali berontak dan mencoba mengambil celurit yang ada di tangan petugas. Tak mau ambil resiko, petugas akhirnya melumpuhkan pelaku.(hadi)