KOTA, SIDOARJONEWS.id — Di era sekarang, platform digital menjadi medan pertempuran bagi para musisi untuk merebut hati pendengarnya. Platform digital tak hanya berimbas pada seberapa terkenalnya seorang musisi, namun juga bersedia membagikan sebagian hasil adsense yang diperoleh kepada si pemilik lagu.
Mutlak pemasukan para musisi saat ini mengandalkan adsense dan fee manggung. Oleh karena itu, sudah menjadi suatu kewajaran ketika para musisi berlomba-lomba promosi karyanya di platform digital.
Namun, seolah hendak melawan arus, Silampukau justru berancang-ancang meluncurkan piringan hitam yang memuat beberapa lagunya. Menggandeng Portside Records, Silampukau berencana mengabadikan album lawas, “Dosa, Kota, dan Kenangan” dalam bentuk piringan hitam.
“Dosa, Kota, dan Kenangan akan dicetak dalam format piringan hitam 12 inch lengkap dengan liner notes yang ditulis oleh penulis lintas disiplin. Merentang dari jurnalis musik, sastrawan, hingga peneliti pengamat isu perkotaan,” tulisnya dalam media sosialnya, Minggu (21/8/2022).
Di era saat ini, hampir tidak ada lagi musisi yang mencetak karyanya pada piringan hitam. Namun, Silampukau memiliki format paling arkaik ini bukan tanpa alasan.
Baik Silampukau maupun Portside Records sama-sama beranggapan bahwa album Dosa, Kota, dan Kenangan bukan sekadar kumpulan lagu folk. Namun, musikalisasi puisi yang gemilang tentang sebuah kota bernama Surabaya.
“Tak banyak band lain satu dekade terakhir yang menumpahkan emosi begitu mendalam terhadap satu kota. Silampukau melakukannya secara mendalam. Dosa, Kota, dan Kenangan adalah rangkuman observasi dari Kharis dan Eki atas realitas urban. Merekam segala dosa, hiruk pikuk, serta pusparagam bopeng yang luput tertulis ketika membicarakan Surabaya,” imbuhnya.
Album Dosa, Kota, dan Kenangan diharap bisa merekonstruksi Surabaya seperti saat Silampukau mengabadikannya. Sehingga di masa mendatang, kondisi Surabaya saat ini tidak kan hilang tergilas zaman. Layaknya kumpulan cerita, Dubliners karya sastrawan besar James Joyce yang akan menjadi panduan bagi setiap orang merekonstruksi Dublin apabila kota kelahirannya tersebut hancur lebur. (Affendra F)